Michael dan Aldi masih tetap menunduk,
perasaan menyesal kini menyeruak dalam jiwanya
masing-masing. Memang seharusnya seperti itu
bukan? Michael dan Aldi bertengkar dan
memasukan (Namakamu) dalam pertengkaran
bodoh ini. Memberikan kesan jika (Namakamu)
adalah gadis murahan. Ck, benar-benar
keterlaluan.
"Gue mau bicara empat mata sama lo, Mike"
Michael terdim, batinnya terus berharap, berharap
(Namakamu) tidak akan melukai perasaannya
lagi.
Michael mengikuti (Namakamu), melangkah
gontai menuju dapur.
"Apa mau lo?" tanya (Namakamu) dengan raut
wajah mengesalkan, membuat Michael berdecak
lidah sebal.
Tanpa basa-basi? Jika perjodohan ini akan terus
berjalan sampai jenjang pernikahan. Apakah
Michael dapat bertahan menghadapi kerasnya
(Namakamu)? Entahlah.
"Mau gue? Ssshh, gue mau lo nggak deket-deket
sama cowok-cowok nggak jelas. Apalagi harus
bermalam dirumahnya. Shit! Gila tau nggak?"
(Namakamu) terdiam, apa maksud Michael?
Kejadian gila? Ya Tuhan, ini memang
kesalahpahaman yang besar.
"Terus apa jadinya gue kalo selalu patuh sama
perintah lo, hah? Bagaimana dengan pria yang
telah memiliki pasangan mencumbu gadis lain
dihadapan 'calon tunangan'nya sendiri? Coba
jelaskan" (Namakamu) tersenyum getir, mencoba
tak terlihat sebagai gadis lemah yang hanya bisa
menangis saja. Ia mulai menumbuhkan sikapnya
yang lama, yang telah lama ia lupakan begitu
saja.
Michael membulatkan matanya tak percaya. 'Jadi
(Namakamu) lihat kejadian itu?' tanyanya dalam
hati. Keringat dingin kini mulai mengalir deras
membasahi kulit putih pria itu.
Harus menjawab apa? Tuhan, Michael benar-
benar sudah kalah dalam pertarungan yang telah
ia adakan sendiri.
Hening..
Hampir dua puluh menit mereka terdiam. Michael
menempelkan dahinya pada dinding dapur sambil
sesekali mengacak-acak rambut pirangnya kesal.
Sedangkan (Namakamu), ia tertunduk lesu.
'Kenapa semua ini harus terjadi?' (Namakamu)
terus mengutuk takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowded
Romance“harus yaa trutnya begitu-an!” seseorang pria yang tengah berkumpul mengelilingi salah satu meja kelasnya bersama para sahabatnya tengah memprotes apa yang dipinta kedua sahabatnya yang masih asik tertawa renyah ini. “apa susahnya sih, Baal? Ini tuh...