Pevita merangkul adiknya lalu membopongnya
untuk duduk pada bed yang kini dilapisi sprei
violet dengan polkadot putih sebagai motifnya,
tidak memakai sprei dengan corak klub sepak
bola luar negeri yang biasa digunakan
(Namakamu) ‘lagi’.
“Cinta itu rumit, sebelum merasakan cinta yang
indah. Tak ada salahnya kita mencicipi bumbu-
bumbu kesakitan disana” Pevita berucap mantab,
membuat (Namakamu) mulai yakin. Mungkin ini
cobaan Tuhan yang diberikan padanya, mungkin
ia akan mendapat sesuatu yang indah dibalik ini
semua, mungkin Iqbaal akan datang kepadanya
dan memeluknya hingga tak terlepaskan.
‘Mungkin’.
**
Satu bulan...
Waktu yang cukup lama, dengan keyakinan yang
dipegang erat seorang gadis, gadis bodoh yang
percaya dengan ‘keindahan yang akan datang
setelah kesengsaraan’.
(Namakamu), masih sama. Masih berpenampilan
feminim seperti biasanya. Masih berusaha
menahan sesak yang ia rasakana jika melihat
Adiba dan sang kekasih sedang merajut cinta
dihadapannya.
Namun minggu-minggu ini (Namakamu) sedang
kelabakan, banyak tugas yang harus ia
selesaikan. Namun tak masalah, justru waktu
seperti inilah yang ia tunggu. Jika dia sibuk
otomatis dia tidak ada waktu untuk memikirkan
Iqbaal’kan?
**
“lo tau nggak? Sekarang itu kita pemilihan
pemeran drama, dan gue males!” Salsha
mengerucutkan bibirnya, ia sudah tahu bahwa
dirinya akan mendapat peran yang tidak
menyenangkan. Tak pernah menjadi pemeran
utama.
“Bisa aja lo jadi cinderella yang lemah dan cupu
itu” (Namakamu) berucap datar sambil
mengerucutkan bibirnya, menebak-nebak peran
yang cocok untuk sahabatnya itu. Tentu saja—
Salsha cantik, pintar, baik, dan... sempurna!
Salsha memutar matanya, “Ck! (Namakamu), itu
nggak mungkin! Pasti Adiba’kan yang kepilih jadi
pemain utama. Kaya tahun lalu, jadi putri
ngorok––ehh putri tidur maksudnya”
Adiba yang merasa namanya disebut hanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Crowded
Romance“harus yaa trutnya begitu-an!” seseorang pria yang tengah berkumpul mengelilingi salah satu meja kelasnya bersama para sahabatnya tengah memprotes apa yang dipinta kedua sahabatnya yang masih asik tertawa renyah ini. “apa susahnya sih, Baal? Ini tuh...