Getaran

3.1K 734 68
                                    

Vote & komen ya sebagai bentuk support. Kalian bisa baca free di sini, ga ada salahnya pencet bintang & komen, kalau sepi jujur menurunkan semangat utk melanjutkan hehe. Aku akan lanjut ngetik kalau komen udah lumayan rame, 50 komenan. Insya Allah lg berusaha jg utk ngetik kelanjutan cerita lain.
Yg mau follow ig baruku yg khusus karya silakan follow aja archaeopteryx21, makasih 🤗
Atau follow juga gegeraha07 untuk mengikuti post menu sehat yang bisa diterapkan untuk diet.

Happy reading...

"Ngapain kamu buka baju?" Ghea sedikit takut, tetapi matanya bergerilya mengamati perut Samudera yang tampak sixpack dan dada bidang yang sedikit meruntuhkan keangkuhan Ghea. Bohong jika dia sama sekali tidak tertarik. Hanya saja, ia butuh waktu untuk menjadi istri sepenuhnya.

Samudera tak menjawab. Ia justru terus melangkah dan mencoba memangkas jarak hingga membuat Ghea melangkah mundur. Dada Ghea berdebar tak karuan. Tatapan Samudera tak lepas tertuju padanya. Ghea terkesiap kala badannya menyentuh pintu lemari. Ia tak bisa mundur lagi sementara Samudera semakin dekat ke arahnya.

"Tolong jangan macam-macam!" Ghea memberanikan diri untuk bicara lebih keras agar suaranya tak teredam suara hujan.

Ghea semakin deg-degan tatkala Samudera mengabaikan kata-katanya. Ia terus melangkah hingga akhirnya jarak mereka begitu dekat. Napas Ghea tak beraturan. Lebih-lebih saat Samudera menyandarkan sebelah tangannya pada pintu lemari dengan  sepasang netra tajam yang masih mengarah pada Ghea.

"Sudah kubilang jangan macam-macam." Ghea terbata dan ia berulang kali menunduk untuk menghindari kontak mata dengan Sang Suami.

Samudera mendekatkan wajahnya hingga jarak keduanya kian terpangkas. Ghea semakin berdebar. Embusan napas Samudera terdengar lirih, tapi ada kesan seksi dan maskulin. Ghea berulang kali mengingatkan diri sendiri untuk tak jatuh pada pesona Samudera.

Samudera memiringkan wajahnya sembari menatap Ghea yang sudah salah tingkah. Ghea takut jika Samudera hendak menciumnya. Ia belum siap. Bola matanya kembali menatap wajah Samudera yang semakin dekat seolah ingin mencegah Samudera untuk melakukan sesuatu yang lebih, tapi di sisi lain ada raut kepasrahan. Lidahnya serasa kelu untuk bicara lagi karena saat ini ia seperti tak bisa berbuat apa-apa. Samudera menatap wajah Ghea yang datar, tapi di suatu waktu seakan ia siap menerima apa pun perlakuannya.

Samudera memerhatikan bibir Ghea yang ranum dan bertambah menarik ketika dua gigi kelinci Ghea sedikit tampak dan menjadikannya semakin seksi. Ingin Samudera mendaratkan kecupan di sana sampai Ghea mengeksplorasi sendiri kecupan itu menjadi ciuman yang lebih menuntut secara alami. Namun, ia tahu bahwa Ghea tak siap untuk itu.

Samudera memajukan wajahnya, tidak untuk mengecup Ghea, tapi ia berbisik lirih di telinga Ghea. "Kalau kamu di sini terus, aku nggak bisa buka pintu lemari. Aku mau ambil piyamaku."

Ghea tersentak. Debaran perlahan turun, tapi ia malu sendiri karena sudah berekspektasi lebih. Keduanya saling menatap sejenak hingga akhirnya Ghea bergeser dan melangkah menuju ranjang.

Samudera mengambil satu piyama dan mengenakan dengan santainya. Ghea duduk selonjoran di ranjang dan merasa sungkan untuk berbaring. Samudera merebahkan badan di ranjang dan melirik Ghea yang juga menoleh ke arahnya.

"Ayo tidur. Kenapa melamun?" Samudera menatap Ghea lebih lekat dan menunggu balasan wanita itu.

"Aku nggak bisa tidur," balas Ghea singkat. Tentu sulit untuknya terpejam sementara di sebelahnya ada laki-laki dewasa yang ternyata memiliki perut sixpack bak roti sobek dengan status sudah resmi menjadi suaminya.

CINTA 500 KALORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang