CINTA 500 KALORI

Insecure

Weekend yang dinantikan tiba juga. Malam minggu ini, Ghea mengajak Samudera untuk mengunjungi restoran seafood milik Shara. Tentu Samudera menyanggupi. Ghea bercerita padanya bahwa salah satu pelanggan tokonya memiliki restoran seafood. Ghea ingin mencoba seafood di sana dan memang ia menyukai seafood.

"Mas, kalau lagi diet gini, aku tetep bisa makan di luar, 'kan?" Ghea menyisir rambutnya sembari bercermin.

Samudera yang tengah mengenakan jam tangan mengamati Sang Istri yang tampak semakin cantik dengan gaun berwarna biru pastel. "Ya, bisa. Asal makannya nggak berlebihan. Nggak apa-apa kok."

Ghea tersenyum lega. Ia berbalik dan menatap Samudera yang sudah rapi dengan kemeja warna biru, serasi dengan warna gaun yang Ghea kenakan.

"Aku kadang takut kalau makan di luar. Takut nggak bisa mengendalikan diri, makan kebanyakan, atau takut berat badanku naik lagi."

Samudera tersenyum lalu menatap Ghea serius. "Jangan takut ini itu. Diet dibawa enjoy saja, happy, kalau emang pingin makan di luar, ya hayuk, nggak masalah. Percaya deh, kalau kamu udah biasa defisit kalori, kamu semakin mudah untuk mengontrol diri. Kamu udah biasa makan dengan porsi yang lebih sedikit dibanding saat belum diet, dengan jumlah kalori yang juga lebih sedikit, hal ini akan membuat kamu terbiasa. Saat nanti kamu makan lebih banyak, pasti akan berasa bedanya."

"Rasanya aku semakin bersyukur memilikimu, Mas. Kamu support system terbaik dan ngerti banget cara untuk mendukungku." Ghea memeluk Samudera dari belakang. Kepalanya bersandar di punggung Samudera.

Samudera tersenyum. Ekor matanya melirik jari-jari tangan Ghea yang melingkari pinggangnya. Samudera berbalik dan menatap Ghea lembut. Bukan sekali ini ia jatuh cinta. Ia pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya. Namun, kali ini rasanya jauh lebih istimewa. Ia jatuh cinta pada istrinya sendiri, seseorang yang sudah halal untuk ia sentuh, ia pandangi, dan seseorang yang akan ia prioritaskan.

Samudera membalikkan badan. Kedua telapak tangannya menangkup pipi Ghea lembut. Sorot matanya memancarkan cinta yang tulus. Terkadang Ghea salah tingkah jika Samudera sudah menatapnya begitu lekat ditambah satu senyum yang begitu manis. Bagaimana bisa secepat ini ia jatuh cinta pada seseorang yang sebelumnya tak ia sukai.

"Aku juga sangat bersyukur. Hidupku serasa semakin lengkap dan indah setelah kamu datang." Samudera menyila rambut Ghea dan masih menatapnya lekat.

"Kenapa kamu bersyukur, Mas? Aku kadang ngrasa insecure banget, nggak punya kelebihan apa-apa. Aktivitasku juga cuma gini-gini aja. Aku belum dapat pekerjaan yang bagus." Ghea sedikit menunduk lalu menatap kembali Sang Suami yang sama sekali tak mengalihkan tatapannya.

"Kenapa harus insecure? Aku nggak pernah muluk-muluk nuntut kamu untuk gini gitu. Cukup kamu setia dampingi aku dan mencintaiku, itu udah cukup. Kamu istri yang baik. Pekerjaan kamu mengelola online shop, ulet promo, jualan, antar dagangan, rekap orderan, ini sudah sangat bagus. Butuh ketelitian, strategi buat masarin produk kamu. Aku juga belum tentu mampu seperti itu. Tidak semua orang bisa berjualan dengan hasil yang baik. Tidak semua penjual bisa dapat banyak pelanggan. Jadi kamu jangan bilang, aktivitasku gini-gini aja. Aktivitas kamu cukup padat, sebagai ibu rumah tangga, jualan online, ditambah ngurusin aku juga." Samudera melebarkan senyumnya.

Ghea tersipu sekaligus terharu. Rasanya ia belum pernah sedemikian dihargai seperti saat ini. "Ini pertama kali ada seseorang yang menilai aku begitu positif. Mama aja nggak pernah muji aku sampai segininya. Bagi dia berjualan online itu bukan pekerjaan, hanya keisengan karena belum dapat pekerjaan yang sebenarnya. Setiap ada orang nanya Ghea sekarang kerja di mana, pasti jawaban Mama masih nganggur. Padahal aku pingin Mama jawab aku jualan online. Nggak blak-blakan bilang aku nganggur dan lain-lain. Rasanya malu, semakin ngrasa nggak berarti dan cuma nyusahin orang karena aku nganggur." Ghea menunduk kembali. Sorot matanya tampak berkaca.