12. Berbagi dan kecelakaan

35.8K 2K 51
                                    

[Happy reading]



Pukul 15.49 WIB.

Bel berbunyi nyaring menandakan waktu belajar telah usai. Segerombolan siswa-siswi SMA Mandala berhamburan keluar kelas.

Seperti di kelas 11 IPA 1 detik detik sebelum bel berbunyi, kelas ini dilanda akan ketegangan. Bu Nita selaku guru Matematika suka sekali membuat anak muridnya berkeringat dingin, walaupun ada yang biasa saja menanggapinya.

Di depan papan tulis sana terdapat Kezel yang sedang di omeli Bu Nita. Pemuda itu tidak bisa menjawab soal, ketika ia disuruh mengerjakan ke depan.

"Baiklah, pelajaran hari ini telah usai. Duduk kamu," Dengan muka ditekuk, Kezel berjalan menuju tempat duduknya.

"Kamu oke bro?" Gerry menepuk pundak Kezel. Suasana sudah kembali adem ayem ketika guru matematika itu keluar.

"Lain kali gue buat siasat, biar Bu Nita gak masuk kelas lagi," gerutu Kezel sembari memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

"Gaye-an kau, liat Bu Nita dari jauh aja udah ketar-ketir," ucap Genta.

"Gue denger-denger sih dia ada mobil baru, dibawa terus kalo ngajar. Pas ada pelajarannya, subuh-subuh lo nangkring dah ke rumahnya, kempesi tuh ban,"

"Wah...ampuh," Bangga Genta menepuk-nepuk dadanya.

"Sesat!" Nakula menampol kepala Genta membuat sang empu mengeluh.

Mereka berjalan kearah pintu kelas. Dibarisan paling depan tentu saja ada Gevan. Ketua geng Zeus itu terlihat sangat bersemangat berjalan kearah kelas 11 IPA 3. Jika yang paling bersemangat adalah Gevan, lalu yang paling malas berjalan ke kelas itu adalah Geo. Sampai-sampai Gerry harus merangkul pundaknya.

"Semangat... dikit lagi ketemu calon istri," Gerry mengepalkan tangannya didepan wajah Geo. Tentu saja dibalas dengan tatapan amat datar dari sang empu.

"Gak akan pernah!" ketus Geo melepaskan rangkulan itu secara paksa.

Gerry melengos. "Biasanya yang modelan gini paling bucin."

...

"Udah?" tanya Gevan tangannya merapikan rambut Alesha yang berantakan.

"Apanya?"

Gevan menarik tangan Alesha. Tak berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.

"SHA...BUKU GUE BESOK BAWA YAH..." teriak Anara yang hanya dibalas acungan jempol.

"Lo mau kemana Nar?" tanya Thea ketika melihat Anara malah berbalik kearah belakang mereka.

"Lewat sana aja gue, biasanya kang angkot nongki di gerbang samping."

"Ekot gue aja lah anjirr, gue bawa motor," Membuat langkah Anara terhenti.

Anara berbalik dengan canggung. "Nggak deh, perasaan gue gak enak," ujarnya menggaruk tengkuknya. Lalu kembali berbalik, tapi ransel yang ia gendong di pundaknya ditarik dari belakang. Siapa lagi pelakunya jika bukan Thea.

Motor CBR berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang. Diikuti anggota inti yang lainnya dengan Kezel yang membonceng Fayra dan Andra yang membonceng Valecia.

"Gevan..."

"Hmm?"

"Mama Melisa apa kabar?" Alesha sedikit mencondongkan tubuhnya kearah depan.

"Kenapa? Mau mampir ke rumah?" tanya Gevan. Bohong, nyatanya mulutnya mengucapkan itu tapi tidak dengan hatinya yang terus gelisah.

Hening, tak ada balasan sama sekali, hanya terdengar angin yang melintas di telinga.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang