28. Calon tunangan

19.6K 1.1K 62
                                    

Alesha berdecak kesal pada dress yang ia pakai saat ini, menurutnya memakai dress itu sangat menyusahkan.

"Dada gue kemana-mana ini," Alesha berdecak memegangi dadanya yang sedikit terekspos karena ia sedang memakai dress putih tanpa lengan dengan bagian dada sedikit rendah terlihat sangat cantik ditubuhnya.

Suara pintu bergeser membuat Alesha menolehkan kepalanya sebentar. "Mama ini gak ada baju lain apa? Dada Lesha kemana-mana," rengek Alesha pada Felia.

"Kayaknya Lesha mau ganti aja deh," Alesha berjalan kearah lemari pakaiannya, sejujurnya ia tidak pernah memakai baju yang memperlihatkan bagian-bagian sensitifnya apalagi dengan memakai dress ini body yang selama ini ia tutupi ikut tercetak.

"Jangan ganti-ganti! Cantik loh dek," omel Felia berkacak pinggang.

"Terserah Lesha dong—" gerutu Alesha tak terima.

"Ale— Mama cubit yah," Felia menunjukkan capit jarinya pada putri semata wayangnya.

Alesha menutup pintu lemari, mencabik kan bibirnya kesal.

"Jangan monyong-monyong gitu mau Mama kuncir itu bibir? Pake aja yang itu, cuman sebentar setelah itu terserah kamu," omel Felia keluar dari kamar anaknya.

***

Alesha menatap dengan bosan pesta besar yang di adakan oleh keluarga Fernandez ini, membenarkan rambut panjangnya agar menutupi bagian dadanya yang terbuka. Acara telah di mulai beberapa menit yang lalu tapi entah mengapa rasa bosan ini tak juga hilang.

Entah ada gerangan apa keluarga Fernandez mengadakan pesta besar ini, Alesha tak memperdulikannya ia datang juga karena paksaan kedua orangtuanya.

Alesha memasukkan banyak kue kedalam mulutnya sehingga membuat pipinya mengembung lucu. Berjalan mendekat kearah Ibundanya yang bergurau dengan Ibu-ibu sosialita lainnya.

Tersentak kaget ketika sebuah tangan menarik tubuhnya masuk ke salah satu bilik toilet.

"Kenapa pake baju ini hmm?" bisik suara berat di depan bibir Alesha.

"Lepas Gev!" Alesha berusaha menjauhkan dada Gevan menjauh dari tubuhnya.

Gevan semakin merapatkan tubuh mereka, tersenyum miring melihat pipi Alesha yang memerah akibat rasa kesalnya. Mengecup sekilas pipi itu.

"Gak ada bedanya," ujarnya terkekeh, arah pandangnya jatuh pada bagian baju Alesha.

"Mau mancing orang hmm?" geram Gevan.

"Apaasih!" Alesha mendorong dengan kuat tubuh kekar Gevan, berhasil entah kekuatan darimana yang ia dapat. Membenarkan letak rambutnya agar menutupi bagian dadanya, gerakan itu membuat Gevan menyeringai kecil.

Alesha keluar dari bilik toilet dengan cepat, tapi kegesitannya kalah telak, tubuhnya kembali didorong ke wastafel. Gevan mengecup sekilas rahang bagian bawah Alesha.

Plak

Suara tamparan keras terdengar, Alesha menggeram kesal tak menyangka laki-laki yang ada didepannya ini akan berubah liar setelah lepas darinya. Terdengar suara kekehan dari kepala yang tertoleh itu.

Gevan menarik tengkuk Alesha dengan tak sabaran, mencium bibir itu seperti orang kesetanan.

"Gevan——" pekik Alesha menarik rambut bagian belakang Gevan dengan kuat.

Laki-laki itu kembali terkekeh menarik pinggang Alesha mendekat padanya, sehingga tubuh mereka tak ada jarak sejengkal pun. Laki-laki bersetelan jas itu membawa tubuhnya bersandar pada dinding toilet tak peduli dengan penampilannya yang akan berantakan dengan Alesha yang masih berada di rengkuhannya.

GEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang