🎞 Nayanaka Panduwinata 🎥

42 5 0
                                    


P u i s i S a m u d r a

[04]
Nayanaka Panduwinata

Sampai kapan harus ada tangis di setiap malam?
#DearNaka

•••

Malam ini, dengan ditemani secangkir susu jahe dan pisang goreng buatan Reihan. Samudra duduk di kursi teras rumah. Entah gerangan apa yang membuatnya ingin bersantai menikmati malam panjang. Menelisik dua pohon mangga yang rindang di halaman rumahnya. Bunga dari pohon mangga itu telah bermekaran, dipastikan beberapa minggu lagi pohon itu berbuah.

"Mas!"

Uhuk!

Samudra tersedak saat dengan tiba-tiba Chandra datang mengagetkan dirinya yang tengah meminum susu jahe. Ia menatap sangsi adiknya yang tersenyum tanpa dosa. Samudra kembali menyesap susu jahe kesukaannya; lantas menatap rembulan yang tampak indah di atas sana.

Chandra mengikuti tatapan Samudra, "Mas, Bapak sama Ibu di sana bahagia, kan, ya?" tanyanya membuka ruang obrolan.

Samudra terkekeh pelan, ia menoleh. "Pastinya bahagia, Chan." jawab Samudra. Chandra tersenyum, manik matanya menatap sendu langit. Awan mulai menutupi rembulan, membuat rembulan itu seakan-akan mengintip.

"CHANDRA, SAMUDRA! MASUK. ANGIN MALAM NGGA BAIK BUAT KESEHATAN!" pekik Reihan dari dalam sana, membuat kedua saudara itu terjengit kaget.

Samudra membawa cangkir kopi dan piring bekas pisang gorengnya, Chandra membuntuti dari belakang. Saat masuk yang pertama kali Samudra lihat adalah Reihan dan Aji yang sedang menonton film dari layar handphone. Juanda yang tengah memakan keripik pisang dan Moza yang tengah menghitung sesuatu pengeluaran.

"Mas Gula, Chandra masuk ya?" tanya Chandra pada pintu yang tertutup rapat itu. Chandra membiarkan Samudra pergi sendiri ke arah dapur yang kini sudah gelap. Tidak ada sahutan yang terdengar di dalam kamar, Chandra akhirnya masuk.

Chandra tercekat, pandangan matanya fokus pada darah yang mengalir dari hidung Naya. Naya pun sepertinya sudah tidak sadarkan diri. "Mas!"

"ABAAAANG! MAS GULA!!" pekik Chandra membuat seluruh orang di dalam rumah memasuki kamar yang ditempati oleh Naya dan Samudra.

Juanda langsung menggendong tubuh adiknya itu untuk di tidurkan di ranjang. Reihan mengambil tisu dan menyeka darah yang mengalir pada hidung sang adik. "Badannya panas. Bang Moza, ambil kain sama air sebaskom kecil ya." Moza mengangguk lantas pergi.

Samudra di ambang pintu, melihat kembarannya. Tidak ada niat masuk ataupun membantu, Aji menarik bajunya. "Bang, Aji mau tidur." ucapnya pelan. Samudra mengangguk, mengantarkan adik bungsunya itu ke kamar. Saat dia kembali lagi ke kamarnya, Juanda dan Reihan sudah tidak ada. Hanya ada Chandra, "Mas, aku tidur ya. Bang Oreo sama Bang Juan lagi beli obat." Samudra mengangguk singkat sebagai jawaban.

Seusai menatap kepergian Chandra, Samudra kembali menatap adik kembarnya. Ia bersimpuh di bawah tempat tidur. Menyentuh dahi itu, "Naya? Sampai kapan kamu mau nyembunyiin semuanya?"

••••

Pagi ini hujan harus turun dengan derasnya, Moza, Reihan, dan Juanda tetap pergi bekerja menerobos hujan yang makin merajalela. Sedangkan Samudra dan adik-adiknya disuruh untuk menjaga rumah dan jangan menerobos hujan.

"Padahal Chandra mau masuk sekolah." ucap Chandra lunglai, membaringkan kepalanya di atas meja makan. Aji dengan senang hati memakan kripik kentang yang ia ambil dari kamar Reihan, tidak peduli bahwa dirinya sekolah atau tidak. Yang penting sekarang adalah menikmati bagaimana rasa keripik kentang dengan balutan bumbu barbeque itu masuk kedalam mulutnya.

Puisi Samudra | Lee Haechan ft NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang