P u i s i • S a m u d r a[02]
[Samudra dan Pantai]Banyak hal yang hendak Samudra ceritakan pada seseorang gadis di hadapannya, namun melihat gadis itu sibuk sendiri, Samudra lebih memilih bungkam dan memandangi saja. Kegiatan belajar-mengajar sudah berlanjut kembali, usai dengan liburan menyambut tahun baru. Sebenarnya, saat sekolah sudah di mulai kembali, Samudra hanya memiliki satu tujuan. Yaitu, menuju ke rumahnya. Rumahnya yang paling nyaman, aman, dan banyak cinta.
Siapa sosok rumah yang dimaksud? Dia Raya, Raya Dwi Adirja. Salah satu gadis PMR yang sangat Samudra cintai. Raya terlahir dari keluarga berkecukupan, dan keluarganya, lah, yang sering membantu keluarga Samudra. Pak Adirja, ayah dari Raya. Sangat menyayangi seluruh anak-anak Pak Tegar, termasuk Samudra.
Dulu, Raya adalah sosok gadis yang selalu ada untuk Samudra, begitupun sebaliknya. Raya selalu menasehati Samudra manakala anak itu melakukan kesalahan, dan Samudra akan selalu mendengarkan tanpa membantah. Raya, sangat sering bermain ke rumahnya, tapi sekarang sudah sangat berbeda. Raya yang dulu telah hilang bagai ditelan masa.
Samudra tersenyum kecut, lantas berdiri dari duduknya. Mengedarkan pandangan ke seluruh isi kantin. Merasa seseorang yang ia cari tidak ada, ia lantas pergi meninggalkan Raya yang sepertinya tidak sadar atas kepergiannya. Samudra menatap nanar jalan menuju kelasnya. Sebenarnya, ada apa pada Raya? Apakah gadis itu telah menemukan rumah baru yang kini lebih lengkap dan nyaman fasilitasnya dari pada rumah yang lama? Samudra terkekeh pelan, langkahnya terhenti di depan pintu kelas yang terlihat sangat rusuh.
"HALO BRO!" pekik Heezar--sahabat dekat Samudra.
Alih-alih menanggapi, Samudra berlalu meninggalkan Heezar yang sudah siap ingin memperagakan tos. Heezar melesatkan tangan kanannya ke papan tulis, pemuda itu tersenyum kesal pada Samudra yang kini telah duduk di bangkunya. Samudra menyembunyikan wajahnya di celah tangan yang ia lipat. Semangat anak itu turun drastis sejak tadi, sejak Raya tidak memperdulikannya, sejak ia menginjakkan kaki ke kelas, dan sejak ia berfikir negatif tentang Raya. Samudra hanya ingin bahwa Raya mengatakan yang sebenarnya, tanpa harus mendiamkan ia sepeti tadi.
Samudra menghela napas panjang, pikirannya berkecamuk, belum lagi seluruh tubuhnya yang rasa ingin sekali remuk. Samudra melihat Heezar yang mendekatinya, karena tidak ingin berbicara anak itu kembali membenamkan kepalanya di perpotongan tangannya. "Lo, nape si?" tanya Heezar sama sekali tidak digubris. Membuat pemuda itu rasanya ingin sekali memukul Samudra saat ini.
Heezar akhirnya angkat tangan, dan memilih untuk duduk di bangkunya sendiri. Samudra melamun, manik matanya terus menelisik langit di atas sana.
•••
Kini Samudra telah di luar sekolah, dia tidak tau bagaimana hari ini berjalan, ia merasa baru saja memasuki sekolah sekarang sudah keluar dari sekolah saja. Anak dengan motornya membelah jalan raya, tiba saat di lampu merah tatap matanya tak sengaja melihat sosok gadis yang sangat ia kenal.
Raya?
Gadis itu dengan rambut terurai sedang berboncengan dengan pemuda yang ia ketahui adalah sang ketua Osis. Tatapan Samudra terputus begitu saja saat ada seorang penjual boneka di pinggir jalan menghampirinya.
"Boneka Mas? Buat ceweknya," tawar sang penjual.
Samudra tersenyum lantas mengambil tiga boneka beruang berwarna coklat, masing-masing memiliki harga lima belas ribu. Samudra membayar ketiganya, dan lantas berlalu kala lampu telah menunjukkan lampu berwarna hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Samudra | Lee Haechan ft NCT DREAM
HumorPuisi Samudra | NCT DREAM [ON GOING] "𝐌𝐚𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚? 𝐁𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐥𝐢-𝐤𝐚𝐥𝐢." -𝐒𝐚𝐦𝐮𝐝𝐫𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟎. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan Setiap awal pasti ada akhir Se...