P u i s i S a m u d r a[10]
[Listrik Padam dan cerita di dalamnya]
•Special 5k words•
Mencintai itu tidak semudah memakan apel,
Mencintai itu tidak semudah melihat sesuatu,
Mencintai itu tidak semudah memberikan senyuman.
Pada dasarnya yang namanya 'cinta' itu tidak mudah. Tapi, saat mataku berselisih tatap dengan matamu, aku sudah berani mengungkapkan bahwa aku jatuh cinta dan sanggup untuk mencintai.
#DiarySamudra•••
Petir terus menyambar bersamaan dengan hujan yang terus turun. Tidak ada celah untuk mereka berhenti dan tidak ada celah untuk Samudra pergi bekerja di kafe. Ini sudah hari Sabtu, tapi sepertinya hujan tidak ingin berhenti sejak malam itu. Malam di mana Samudra kembali mencium bau aspal basah yang menyeruak, menusuk indra penciuman.
Samudra duduk melamun di meja belajarnya, ketiga adik-adiknya saat ini sedang menonton televisi di luar. Sepertinya Juanda pulang, terdengar suara salamnya. Samudra kembali menatap langit kelabu dari jendela yang tepat di depan meja belajarnya. Menerawang kejadian lalu yang sempat membuatnya takut. Kekasihnya-Reina, pergi saat perjalanan dari rumahnya ke rumah Samudra. Sempat Samudra mengatakan bahwa ia tak ingin jatuh cinta lagi, tapi pandangan teduh yang diberikan oleh Raya membuat ia berani melangkah maju dan mulai kembali jatuh cinta. Walaupun berakhir dengan Raya yang menganggapnya teman dan tiba-tiba menjauhinya saat ini.
Samudra ingin bertanya, apa penyebab dari Raya yang menjauh? Apakah karena Samudra yang bertingkah terlalu cepat? Atau karena Raya sama sekali tidak mencintai Samudra dan mulai membencinya? Samudra sama sekali tidak tau apapun saat ini.
Fokus matanya teralihkan, ia menatap teduh polaroid yang dipegangnya. Polaroid yang menampilkan senyum indah dari Raya dan juga dirinya. Ini diambil setahun yang lalu, saat mereka pergi alun-alun bersama. Bukankah kenangan dulu lebih indah? Dimana Samudra terus mengantar-jemput Raya saat ingin sekolah. Selalu ada saat wanita itu membutuhkannya. Dan selalu siap sedia 24 jam saat wanita itu tiba-tiba meneleponnya. Tapi sekarang semuanya berubah. Tidak ada dirinya yang tiba-tiba muncul di depan pintu, tidak ada segerombolan notif pesan masuk darinya, tidak ada suara tawanya dari layar handphone yang menemani Samudra setiap malam, dan tidak ada tatapan teduh yang biasa diberikannya saat bertemu.
Jikalau mereka sedang berselisih tatap, Samudra menangkap tatapan itu. Tatapan kosong yang begitu sendu, seakan-akan menusuk hati Samudra. Tidak ada senyum manis terpatri diwajahnya saat Samudra mengusak rambutnya. Yang terdapat hanyalah senyum getir. Senyum yang bisa melukai perasaan Samudra terlalu dalam. Mungkin memang benar. Samudra sudah bertindak kejauhan dalam mencintai Raya. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Bahkan saat bersama Reina sekalipun. Dan siang ini, Samudra memutuskan untuk mulai mengurangi rasa cintanya. Mengurang bukan berarti berhenti begitu saja. Jikalau ia berhenti begitu saja, rasanya sangat sakit. Sesuatu yang tanpa aba-aba dilakukan akan menimbulkan penyesalan. Lebih baik kita lakukan perlahan, menikmati prosesnya.
Samudra menghela nafasnya, ia meraih buku diary yang tersusun rapih di rak buku sebelah mejanya. Lantas mulai menulis dan menggambar sesuatu di sana. Tinta pena itu bergerak kesana-kemari, mengikuti arah tangan Samudra.
Mungkin berhenti lebih baik, Raya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Samudra | Lee Haechan ft NCT DREAM
HumorPuisi Samudra | NCT DREAM [ON GOING] "𝐌𝐚𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚? 𝐁𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐥𝐢-𝐤𝐚𝐥𝐢." -𝐒𝐚𝐦𝐮𝐝𝐫𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟎. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan Setiap awal pasti ada akhir Se...