P u i s i S a m u d r a
[18]
Tidak benar-benar berhenti
Tentang orang yang bisa menempati hati mu, dia selalu menang. Tapi tentang orang yang selalu ada dan selalu mencintai mu, aku, aku pemenangnya, tidak peduli seberapa kuat kamu berusaha menjauhi, tetap akan aku dekati. Namun, jika pilihan kamu tetap dia. Maka aku bisa apa?
#Diary_Samudra
••••
Pernah belajar melepaskan, melupakan, dan mengikhlaskan? Belajar melepaskan dirinya walaupun kita tau dia kompas diri kita, belajar melupakan dirinya walaupun kita tidak bisa, dan belajar mengikhlaskan dia bersama yang lain walaupun kita sangat amat sakit dengan semua faktanya.
Menurut Reihan, belajar melepaskan, melupakan, dan mengikhlaskan itu mudah. Memang awalnya sakit dan merasa tidak terima dengan kenyataan, namun seiring berjalannya waktu, kalian pasti akan mulai berpikir menggunakan logika. Menyatakan bahwa untuk apa bersedih, jika masih ada hal lain yang membuat kita bahagia?
"Mencintai sampai lelah"
Reihan meletakkan buku bacaannya di meja. Setelah itu ia berdiri dan keluar dari kamar, menuruni tangga rumah dan melihat rumah yang ramai dikarenakan Samudra dan teman-temannya belajar di rumah.
"Belajar apaan?" tanya Reihan ikut nimbrung pada sekelompok anak muda yang tengah fokus pada buku mereka.
"Belajar melepaskan, Kak," ujar Zelva santai sembari mengunyah keripik singkong yang disediakan oleh Samudra.
Samudra mendelik pada gadis di depannya, "Belajar melepaskan, jadian aja belom." cetus anak itu dengan tampang yang minta digeplak.
"Idih, nyambung aja lo. Kak, mau tau enggak?" Zelva ingin membuka percakapan antara dirinya dan Reihan. Reihan menanggapi gadis tersebut dengan alisnya yang terangkat.
"Aku 'kan lagi suka sama orang, tapi nih orang yang aku suka ini, enggak peka-peka. Sumpah, lemot banget orangnya!" adu Zelva pada Reihan yang dengan seksama mendengar ceritanya.
Reihan mengangguk-angguk, memahami gadis yang duduk bersebelahan dengan Heezar. "Coba kamu pake cara lebih ekstrem, seperti tiba-tiba nyatain perasaan."
"Malu, Kak! Nanti aku dikira murahan lagi ama tuh orang." Zelva menunduk dengan bibir yang ia majukan beberapa senti.
Reihan tergelak melihat ekspresi gadis itu dan tawanya mereda saat si gadis menatap tajam dirinya. "Ekhem, gini, enggak ada kata murahan kalau kita nyatain perasaan duluan. Kita cuma nyatain perasaan, bukan ngemis-ngemis minta dia suka balik ama kita. Poin pentingnya kan dia tau kita ada rasa sama dia, urusan dia ada rasa atau enggaknya itu belakangan. Kita nyatain perasaan juga agar kita lega kan? Apalagi kita bakal semakin lega kalau dia ngasih jawaban. Daripada dia seakan-akan ngasih harapan, tapi akhirnya nyuruh menjauh. Iya enggak, Sam?" Reihan sengaja melemparkan pertanyaan pada Samudra.
Samudra tersenyum paksa dengan kepala yang mengangguk setelah itu kembali fokus pada soal-soal di hadapannya.
"Oke, Kak! Makasih, nanti aku nyoba nyatain perasaan aku." ucap Zelva semangat.
"Kalau cara mengikhlaskan orang, gimana ya, Kak?" tanya Heezar pada Reihan.
Reihan menatap anak itu, "Ikhlas? Belajar ikhlas itu gampang sih, kek misalnya kamu lihat dia bahagia sama yang lain. Terus kamu ikutan bahagia, berarti kamu sudah ikhlas. Pelan-pelan aja, coba nerima kalau dia emang benar-benar sudah enggak ngebutuhin kita, enggak sama-sama kita lagi. Dan nerima kenyataan bahwa dia udah bahagia sama yang baru. Pokoknya perihal ikhlas itu adalah nerima, menerima sesuatu yang menyakitkan menjadi pelajaran di kedepannya. Benar apa benar, Sam?" tanya Reihan lagi pada Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Samudra | Lee Haechan ft NCT DREAM
HumorPuisi Samudra | NCT DREAM [ON GOING] "𝐌𝐚𝐭𝐢 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐥𝐢, 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚? 𝐁𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐥𝐢-𝐤𝐚𝐥𝐢." -𝐒𝐚𝐦𝐮𝐝𝐫𝐚, 𝟐𝟎𝟐𝟎. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan Setiap awal pasti ada akhir Se...