Temen Apa Temen? [✓]

1+1=, Official Udah.

...

"Ni orang gue rasa udah gila."

"Katanya punya pacar? Kenapa mau homoan sama gue hoho! Dasar lo bajingan!"Dengan menggigit sikat giginya, kamar mandinya itu hanya menjadi saksi bisu caciannya tersebut. "Jangan jangan ni orang gamau kalah doang sama gue? Padahal aslinya jones?"pikirnya lagi, sampai sampai tak sadar ada yang menggedor pintu apartemennya sedari tadi.

"EL, CEPETAN BUSET LAMA BANGET LO BOKER ANJIR."

"SABAR BANG! INI UDAH DIUJUNG!"

Kini Rafael duduk manis dalam mobil di samping fotografer andalannya, Moreno. Tidak lupa dengan sesi curhatnya itu. "Bang, kalau boleh jujur gue pernah pake salah satu barang disono dan besoknya gue jerawatan."

Problematika seorang model.

Suka tak suka ya harus diterima.

"Pulang langsung mandi kembang dah El." Terus saja, bercandanya.

...

Bukannya apa, baru saja ia pulang sehabis pemotretan, bos lelenya itu menelfon dan akhirnya dia terjebak lagi bersama Hugo. Liatlah wajah licik kumis lelenya itu. Entah, dia merasa akan ada bencana.

"Setelah saya pikir pikir, kalian harus bikin sesuatu yang bikin heboh di publik." Rafael mengernyitkan dahinya, "Maaf bila saya lancang, tapi apa itu tak berlebihan? Orang orang akan benar benar melabeli kami seorang gay." Bosnya tertawa lagi, meminum kopi panasnya yang terletak di atas meja bunganya itu. "Justru itu kan tujuannya," Ujarnya lagi.

"Saya pikir, anda ingin memanfaatkan saya serta Hugo. Asal kau tau, kami berdua bukan mainan anda." Rafael melirik ke Hugo.

Oh ayolah, coba katakan sesuatu agar hubungan palsu ini berakhir!

"Saya pikir-" Sebelum melanjutkan kata katanya, Hugo membalas tatapan Rafael.

Tapi, itu bukan tatapan yang terlihat mendukung.

"Baik, terima kasih atas masukan anda. Pak."