6×2=, Misi Pak Lele.

732 73 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...


Besoknya, mereka memutuskan untuk memesan tiket kembali ke Jakarta. Mereka tampak tertawa bahagia, apalagi Rafael saat tau bahwa mereka akan mengadakan makan makan lalu pak Lele yang tengah memelas karena ia duduk jauh di kursi belakang pesawat terpisah dengan anak anaknya. Mencium aroma pedas dari keripik yang dikunyah Hugo serta sejuknya bandara, pasti hari ini akan berjalan lancar.

Saat berada di dalam pesawat, layaknya anak kecil, Rafael terus bersorak gembira dan memutuskan untuk duduk di tepat samping jendela. Lalu pesawat lepas landas, ia menghabiskan waktunya dengan membaca buku komik yang ia bawa dari rumah. Tak lama kantuk mendatang ingin bersandar, namun sudah ada kepala Hugo yang mendarat duluan di kepalanya. Ingin dihempas namun kelihatannya anak itu benar benar pulas, lagian ia bisa sambil melihat matahari terbenam kan? Ia merasakan sensasi aneh di dalam matanya yang tengah ingin tertutup dan hati yang meletup letup. Seiring senja mulai berganti dengan gelap gulitanya malam, ia merasa juga ikut tenggelam.

"Ah sudah! Ga bener ini!" tanpa sadar ia menghempaskan bahunya, membuat Hugo terbangun namun terjatuh di kaki bapak bapak di samping mereka.

...

Suara gelas yang beradu memunculkan kepuasan dari hati orang orang di meja ini. Mereka memakan daging! Oh ayolah, orang kaya pun rasanya selalu bahagia memakan daging. Asap yang mengepul di daging yang terlihat menggoda itu membuat mereka makan dengan lahap, tidak lupa dibarengi dengan alkohol yang sudah di siapkan di meja mereka. Kali ini, pak Lele tak sendirian, ia membawa putri manisnya yang akrab dipanggil Sabrina. Juga istrinya, Laras.

Karena Sabrina ingin berbincang dengan temannya, serta pak Lele dengan istrinya bermesraan tak tau kemana. Maka Hugo dan Rafael sendirian disini. Rasa panas di setiap teguk alkohol yang ia rasa, membuatnya sangat nyaman. Ini perpaduan yang sangat pas. Kursinya yang agak dijarak dengan Hugo juga tak bisa meredam sensasi letupan di hatinya. Ia tau itu, dia bukan seorang karakter utama yang bodoh. Ia tau ia mulai menyukai keberadaan lelaki ini. Tak benar dalam norma. Jadi ia benar benar harus menjauh.

"Hey." Hugo menatapnya kala ia berkata demikian, dilihatnya mata Hugo yang sudah mulai sayu, antara mengantuk atau mabuk.















"Gue suka sama lo," pelannya. Melihat ke arah Hugo lagi tapi tak ada ekspresi spesifik yang diberikan. "Ah sialan lo, dah ah lupain aje," ujar Rafael lagi. Rafael beranjak, berlari dengan telinga yang terlihat ingin meledak.


"Kok cepet banget ya mabuknya? Baru dua gelas perasaan." Hugo bergidik memutuskan untuk memakan hidangannya kembali. Namun mereka lupa bahwa ada satu kandidat disana.































"Anjir! Goblok si Hugo! Udah gue bela belain anying bayarin bill mereka, malah sok sok denial remaja tai!" Sabrina dengan mulut yang penuh dengan ikan panggang itu mengoceh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjir! Goblok si Hugo! Udah gue bela belain anying bayarin bill mereka, malah sok sok denial remaja tai!" Sabrina dengan mulut yang penuh dengan ikan panggang itu mengoceh. Benar ya buah tak pernah jatuh dari pohonnya.







...

Sehabis kejadian yang mengakibatkan pak Lele dan Hugo turun tangan, akhirnya mereka sampai di kota Jakarta dengan tenang. Namun sayangnya, ada yang mengganggu pak Lele. Kenapa mereka menjauh?

Pak Lele menunjuk dua satpam yang sempat memergoki Rafael di cctv itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pak Lele menunjuk dua satpam yang sempat memergoki Rafael di cctv itu. Sebut saja pak Iam dan pak Habibi. "Kalian tau kasus ini kan? Saya akan minta pendapat saudara saudara semua. Kira kira apa yang membuat mereka menjauh? Saya tak tahan dengan si Rafael yang lari kayak kambing mencret!" dilemparnya kapur itu ke lantai setelah mengomel demikian. Lalu diambilnya kembali kapur yang pecah menjadi dua itu. "Maaf, patah hati sebentar."

"Patah hati apa patah kapur bos?" pak Habibi berujar namun mulutnya malah ditampar pak Iam.

Dengan gagahnya pak Iam berkata, "Saya rasa mereka ada kesalah pahaman. Anak muda itu terlalu banyak mementingkan kalimat daripada aksi. Aksi tak terbaca tapi tertanam layaknya-"

"Heh! Puisi kau saja tak benar! Apa apaan baitnya tidak menunjukan estetika!" pak Habibi berteriak menuntut.

"Kau ini! Daripada kau! Nama saja Habibi, buat pesawat kertas saja sudah seperti membangun masa depan!"

"HOIT KAU! CHAIRIL ANWAR SAJA AKAN MENCEKIKMU BILA MENDENGAR LANTUNAN PUISI TAK BERMUTU ITU!" keramaian itu sirna saat pak Lele menggebrak papan tulis.















"Omongan kau benar, Habibi. Saya mempunyai misi besar!"






























"Saya akan memilih konsep foto romantis! Liat saja gairah apa yang akan ditimbulkan!"

Temen Apa Temen? [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang