"Wonwoo." Seungcheol mengetuk pintu kamarnya sendiri.
Beberapa saat lalu Wonwoo terlihat begitu panik saat mengetahui masa heat-nya datang di waktu yang tidak tepat. Dia berlari menghindari Seungcheol dan masuk ke sembarang ruangan yang ternyata merupakan kamar tidur Seungcheol. Dia mengunci dirinya di sana.
"Wonwoo, kau baik-baik saja?"
"Y-ya.. aku.. sepertinya aku baik-baik saja." Kata Wonwoo dari dalam kamar. "Dokter Choi, maaf, tapi.. biarkan aku meminjam ruangan ini untuk beberapa hari ke depan."
"Bagaimana dengan heat-mu?"
"Aku bisa menanganinya sendiri."
"B-baiklah.." Perlahan Seungcheol menjauhi pintu kamarnya. "Kalau butuh sesuatu, panggil aku saja."
"Terima kasih, Dokter Choi."
Seungcheol pun kembali ke ruang tengah sembari mengedarkan pandangannya. "Di mana aku menyimpan kunci cadangannya, ya?"
ㅇㅇㅇ
Keesokan harinya...
Seungcheol sengaja tidak pergi bekerja hari ini. Dia khawatir sekaligus penasaran tentang keadaan Wonwoo. Penasaran apakah Wonwoo akan membuka pintu kamarnya dan meminta bantuannya.
Dan saat mendengar pintu dibuka, Seungcheol langsung menoleh dengan semangat. Dia pikir apa yang dia bayangkan akan menjadi kenyataan, nyatanya Wonwoo membuka pintu hanya untuk mengeluarkan piring bekas makanannya yang disiapkan Seungcheol tadi. Wonwoo juga berpikir kalau Seungcheol pergi bekerja, makanya ia membuka pintunya lebar-lebar sebelum kembali menutupnya.
Seungcheol bersandar di sofa dan mengusap wajahnya. Dia sangat penasaran dengan apa yang sedang Wonwoo lakukan di kamarnya, tentang bagaimana Wonwoo menuntaskan heat-nya tanpa alat bantuan apa pun.
"Apa dia menggunakan jemarinya sendiri?" Seungcheol mulai bermonolog. "Aku rasa di kamarku ada sesuatu yang lonjong atau sesuatu yang bisa dimasukkan."
Seungcheol menatap pintu kamarnya. "Apa aku harus membelikannya mainan? Atau..." Seungcheol menatap ke arah laci di dapur di mana kunci cadangan untuk seluruh ruangan di apartemennya itu disimpan, lalu menatap selangkangannya. "... Apa aku harus meminjamkan aku saja?"
Beberapa jam berlalu, kini Seungcheol sedang menyiapkan makan siang untuk dirinya dan Wonwoo. Dia membawa nampan berisi piring makanan dan gelas air untuk Wonwoo ke kamarnya. Dia menyimpan nampan itu di depan pintu. Dan saat dia hendak mengetuk pintu dan memberitahu Wonwoo, indra pendengarannya menangkap suara desahan-desahan kecil dari balik pintu.
Seungcheol menempelkan telinganya pada pintu kamarnya, berharap bisa mendengar suara Wonwoo lebih jelas.
"Akh... Bahkan desahannya lebih seksi daripada saat ia berbicara."
Maka Seungcheol pun menguatkan tekadnya. Dia pergi ke dapur untuk mengambil kunci cadangan pintu kamarnya. Lalu ia membuka pintu itu dengan tergesa-gesa. Dia melihat Wonwoo yang sedang menyentuh dirinya di pojok ruangan itu terlihat panik saat melihatnya. Wonwoo langsung mengambil celananya untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.
"A-apa yang kau lakukan?"
"Wonwoo, biarkan aku membantumu. Aku benar-benar tidak tahan hanya diam saja dan mendengarkan desahanmu."
"Tidak!" Wonwoo menepis tangan Seungcheol yang berusaha menyentuhnya.
Setelah sekian usaha, akhirnya Seungcheol berhasil menyentuh Wonwoo. Dia mengangkat tubuh Wonwoo dan melemparkannya ke atas ranjangnya. Kini air mata Wonwoo mulai berlinang. Dia tiba-tiba teringat Mingyu yang memperlakukannya dengan lembut saat masa heat-nya bulan lalu. Sangat berbeda dengan apa yang dilakukan Seungcheol sekarang yang justru memaksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master, I Love You [✓]
Fanfiction🔞[MEANIE]🔞 Soonyoung memiliki dua hybrid kucing di rumahnya, namanya Wonwoo dan Jihoon. Dia berniat memberikan salah satu hybridnya karena kedua hybrid spesial itu selalu bertengkar jika ada kesempatan. Lalu bagaimana keseharian Wonwoo yang memper...