Myungho menutup pintu kamar Mingyu dengan membawa nampan berisi bubur dan segelas susu yang masih utuh. Lagi-lagi Mingyu menolak makanan yang dibuatnya. Myungho benar-benar terabaikan. Padahal dia pikir dia sudah berhasil masuk ke dalam dunia Mingyu.
Tadi pagi Mingyu sempat pergi ke luar untuk mencari Wonwoo lagi, lalu ia pulang dan hanya berdiam diri di dalam kamarnya seharian. Dia bahkan tidak pergi bekerja dan mengabaikan semua panggilan dari sekretarisnya.
Myungho memikirkan berbagai macam cara agar Mingyu mau berbicara dengannya, atau mungkin untuk sekedar menatapnya. Myungho tidak ingin Mingyu terus mengabaikannya seperti ini. Dia harus memikirkan cara paling ampuh yang mungkin juga bisa membuat Mingyu melupakan Wonwoo dan hanya fokus kepadanya.
Malamnya, rumah Mingyu kedatangan tamu. Myungho berlarian ke depan untuk membuka pintu. Di sana dia melihat sekretaris Mingyu-Seokmin berdiri.
"Oh? Kau..." Seokmin mengingat Myungho.
"Ah! Sekretaris Mingyu?" Myungho pun mempersilahkan Seokmin masuk.
"Tapi kenapa kau di sini? Di mana Mingyu dan Wonwoo?"
"Mingyu.. dia ada di kamarnya. Dia tidak mau ke luar dari sana sejak tadi pagi.. dan sekarang dia mengunci dirinya di sana."
"Huh?" Dahi Seokmin berkerut. "Kenapa dia bertingkah seperti gadis perawan?" Dia pun menaiki tangga menuju ke kamar Mingyu. Saat ia mencoba, benar saja, pintu kamarnya dikunci. Maka Seokmin pun pergi ke ruang kerja Mingyu dan mengambil kunci cadangan dari laci mejanya.
"Di mana Wonwoo? Kenapa dia tidak membujuk Mingyu ke luar?" Tanya Seokmin sembari mencoba sekumpulan kunci pintu itu satu per satu.
"Dia tidak ada di sini."
"Huh? Memangnya dia pergi ke mana semalam ini?"
"Dia pergi dari sini kemarin.. dan semenjak itu pula Mingyu seperti ini."
"Maksudmu Mingyu mengusir Wonwoo? Mengusir kucing kesayangannya sendiri? Eyy~ Tidak mungkin!"
"Aku yang mengusirnya."
"Huh? Kau... Huh? Kenapa?"
Akhirnya Seokmin tidak jadi membobol kamar Mingyu karena Myungho tiba-tiba bercerita sambil terisak. Mereka pindah ke sofa dan Seokmin membantu menenangkan Myungho. Dia memang merasa iba pada Myungho, tapi dia juga berpikir kalau apa yang Myungho lakukan bukanlah hal yang benar.
"Tapi kau memang salah.. kau harus akui itu." Kata Seokmin.
"Aku hanya menginginkan Mingyu. Itu saja." Myungho mengusap pipinya yang basah.
"Kalau kau menginginkan Mingyu, seharusnya kau bermain adil. Kau pikir hanya kau dan Wonwoo yang menyukai Mingyu? Ada banyak orang di luar sana yang mengantri untuk berkencan dengannya."
"Memangnya apa yang salah denganku? Kenapa Mingyu sebegitunya memikirkan Wonwoo?"
"Aku juga tidak tahu pasti, tapi sepertinya Mingyu menyukai Wonwoo. Aku rasa dia seperti itu semenjak Wonwoo sakit. Ah.. kau tidak tahu seberapa panik dan khawatir Mingyu waktu itu." Seokmin menepuk bahu Myungho. "Jadi kau juga... Kau juga harus berjuang sekeras Wonwoo kalau kau ingin Mingyu melihatmu.
Meskipun bisa di bilang kau dan Wonwoo baru mengenal Mingyu hampir di saat yang bersamaan, tapi posisimu berada jauh di belakang Wonwoo. Jadi.. kau harus berusaha lebih keras lagi.. bukannya bermain curang. Mingyu lebih suka diperebutkan secara fair play."
ㅇㅇㅇ
Keesokan harinya...
Jihoon mengetuk pintu kamar yang dulu digunakan Wonwoo. "Wonwoo, kau baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Master, I Love You [✓]
Fanfic🔞[MEANIE]🔞 Soonyoung memiliki dua hybrid kucing di rumahnya, namanya Wonwoo dan Jihoon. Dia berniat memberikan salah satu hybridnya karena kedua hybrid spesial itu selalu bertengkar jika ada kesempatan. Lalu bagaimana keseharian Wonwoo yang memper...