Leo sudah menceritakan perihal Alsa ke Tante Salsabila. Mereka juga sepakat merahasiakan ini dari Alvin. Karena paham betul perangai yang sangat protektif pada anak perempuannya.
Kalau sampai tahu. Alsa dan Savina harus pindah sekolah lagi. Sementara sangat sulit mencari sekolah di saat seperti ini. Atau sekolah itu bisa dituntut. Bahkan Alvin tidak akan segan konfrontasi dengan orang tua murid yang memfitnah anaknya.
"Kakek Vino juga jangan sampai tahu, Tante!"
"Iya, betul. Karena yang memfitnah anak staff kementrian. Bisa-bisa nanti Bapak telepon menteri. Masalah bisa tambah besar," seru Salsabila khawatir. Sifat bapak mertuanya itu mirip dengan Alvin.
Leo langsung terbayang waktu dia ada sedikit masalah dengan anak duta besar di Australia. Kakeknya langsung telepon duta besarnya dan itu bikin Leo malu sekali.
"Nanti Tante alesan saja, Alsa lagi kurang enak badan. Jadi hari ini nggak ke sekolah."
Leo mengangguk setuju. Dia juga menunda mengunjungi neneknya, karena prihatin pada Alsa.
"Ma, Savina berangkat dulu ya!" pamit anaknya yang bungsu. Salsabila tersenyum sambil mencium pipinya.
"Savina udah mau jalan, Alsa mana?" tanya Alvin yang baru keluar kamar.
Savina bingung menjawabnya.
"Kak Alsa lagi nggak enak badan katanya, Pa," jawabnya pelan. Merasa tidak enak berbohong pada Papa.
"Iya, kemarin Alsa pulang lebih cepat karena tidak enak badan. Jadi aku suruh istirahat dulu," ujar Salsabila.
Kening Alvin langsung berkerut. Dia paling resah kalau anaknya ada yang sakit.
"Perlu dibawa ke rumah sakit gak?" tanyanya.
"Enggak usah. Nanti aku pulang cepat aja. Aku yang jaga Alsa."
Alvin mengangguk. Dia merasa tenang karena istrinya juga dokter.
"Savina biar Leo yang anter. Om Alvin nggak usah khawatir. Sekalian Leo mau ketemu adik kelas yang di klub pecinta alam!" kata Leo sambil nyengir. Dia segera menarik Savina, supaya Om Alvin tidak banyak bertanya lagi.
Sementara di sekolah, teman-teman Alsa merasa gelisah. Mereka melihat bangku Alsa yang kosong. Semua merasa bersalah sekali. Seharusnya sebagai teman, mereka konfirmasi kebenaran berita itu ke Alsa. Tidak ikut-ikutan menudingnya di kelas.
Terutama Yoga. Dia benar-benar sedih hari ini. Dari semalam sudah coba menelepon Alsa berkali-kali, tapi tidak diangkat. Pesannya pun tidak dijawab.
"Semalam aku wa dia, tapi gak dijawab," kata Yoga.
"Sama wa-ku juga gak dibalas. Alsa pasti lagi sedih sekali. Kemarin kita udah su'udzon sama dia sih," ujar Hana menyesal.
"Aku gak bermaksud su'udzon. Cuma ... gak tahu deh. Mungkin syok aja lihat foto dan video itu. Apalagi waktu di sekolah dia kelihatan cuek sama cowok yang naik Ferari itu kan. Ternyata kenal," timpal Zoya.
"Mungkin awalnya dia gak ngeh cowok itu siapa." Yoga berusaha membela Alsa.
"Iya, mungkin juga. Soalnya dia asyik main hp terus," sahut Hana.
"Nanti pas pulang sekolah kita samperin yuk ke rumahnya. Ajak Savina. Gue wa anaknya dulu ya!" usul Ikram.
Semua setuju dengan usul itu.
Begitu pulang sekolah, Yoga, Ikram, Hana, Zoya, Fadli dan Savina naik taksi online ke apartemen hotel syariah.
"Kalian tinggal di apartemen hotel?" tanya Fadli. Savina mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Humaira (Diterbitkan)
RomansaJangan lupa follow @lizbelle sebelum baca ya, supaya dapet terus info updatenya. (Sekuel dari kisah dr. Salsabila) Blurb : Ketika dua bangsa disatukan oleh cinta .... "Mulai hari ini kau harus melupakan masa lalumu dan jangan biarkan orang lain me...