Fasyad tinggal di sebuah apartemen yang dikhususkan untuk mahasiswa kedokteran dan residen. Karena lokasinya sangat dekat dengan kampus dan rumah sakit.
Ia beruntung karena ada teman yang berasal dari Malaysia juga di sana. Ahmed namanya. Dia baru saja selesai menjalani kuliah penyetaraan.
Di kampus kedokteran ini, setiap ada residen baru dari luar negeri. Harus menjalani kuliah penyetaraan dulu selama enam bulan. Agar kompetensinya setara dengan dokter dari Indonesia. Setelah itu baru mereka bisa mendapatkan surat izin praktek sebagai ppds di sana.
"Awak tinggal daftar ulang ke sekretariat kampus. Lalu minta jadwal kuliah penyetaraan. Setelah tu, bisa studi dulu enam bulan barulah ikut program spesialis."
"Terima kasih banyak. Ahmed juga ambil program bedah?"
"Ya. Kita nanti jumpa lagi pastinya. Saye hanya lebih dulu enam bulan!"
Fasyad tersenyum.
Ahmed berbaik hati menemani Fasyad ke sekretariat kampus. Memberinya petunjuk yang harus dilakukan. Hal ini sangat membantu. Memang bahasa Melayu dan Indonesia hampir sama. Namun ada saja yang membuat Fasyad bingung. Soalnya ia juga bukan asli orang Melayu.
Setelah itu, Fasyad bertekad harus bisa mempelajari bahasa Indonesia dengan lebih baik. Agar mudah beradaptasi.
"Syad, awak antri saja di sini ya. Saye nak urus surat izin praktek dulu!" kata Ahmed.
Fasyad mengangguk saja. Kemudian giliran dia maju dan bicara dengan petugas administrasi.
"Jadi apalagi yang harus saye lakukan, Kak?"
"Isi formulir daftar ulang ini, lalu membayar biaya administrasi program spesialisnya!"
"Oh, begitu. Baik, saye isi dulu ya."
Petugas administrasi itu menunjuk tempat duduk di dekat sana sambil tersenyum manis. Tidak setiap hari bisa bertemu dokter seganteng Fasyad.
Ketika ingin mengisi formulir itu, balpoin yang dibawa tidak ada tintanya. Fasyad lupa mengecek saat berangkat tadi.
Kemudian dia menoleh ke samping kanan dan kiri. Semua sedang sibuk menulis. Berarti tidak bisa dipinjam penanya. Akhirnya Fasyad menghampiri petugas lagi.
"Maaf, pena saye tak bisa dipakai. Apa boleh pinjam pena Kakak?"
Petugas itu tertawa kecil mendengar cara bicara Fasyad. Kemudian dia memberikan balpoin padanya.
Setelah Fasyad kembali untuk mengisi formulir. Seorang gadis berjilbab yang duduk di belakangnya, berdiri lalu menyerahkan formulir ke petugas.
"Mahasiswa baru ya? Atas nama siapa?"
"Alsa Shayra!"
"Sebentar... Ini kekurangan biaya yang harus dibayar. Kalau yang lain kan sudah ditransfer kemarin," kata si petugas sambil menunjukkan kwitansi.
"Yah, ada biaya lain-lain juga ya? Uang saya kurang. ATM di mana ya, Mbak?" tanya Alsa setelah menghitung uang di dompetnya.
"Di ujung koridor ini ada ATM," tunjuk petugas itu. Gadis itu bergegas jalan menuju ATM.
Fasyad sudah selesai mengisi formulirnya. Sambil berjalan ke arah petugas, ia memperhatikan gadis itu dari belakang. Sebenarnya sejak tadi mengambil pena, Fasyad sudah melihatnya. Namun tidak berani menyapa.
"Berapa kekurangan bayar adik tu?" tanya Fasyad.
"Satu juta, Dok. Kurang biaya lain-lain saja. Biaya gedung dan semesteran sudah."
"Oh, biar saye yang tutupi kekurangannya. Tolong di total saja!" ujar Fasyad.
Petugas itu surprise mendengarnya. Dia segera memberikan kwitansi yang harus dibayar, ditambah biaya kekurangan mahasiswa baru tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Humaira (Diterbitkan)
Storie d'amoreJangan lupa follow @lizbelle sebelum baca ya, supaya dapet terus info updatenya. (Sekuel dari kisah dr. Salsabila) Blurb : Ketika dua bangsa disatukan oleh cinta .... "Mulai hari ini kau harus melupakan masa lalumu dan jangan biarkan orang lain me...