07: Melawan Gengsi.

78 16 0
                                    

____________❁❁❁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________❁❁❁..˗ˏˋ 'ˎ˗..❁❁❁__________

Gantari pernah mengeluh mengapa hidupnya sangat membosankan seperti ini, sampai pada akhirnya Tuhan mengirimkan Mahendra dalam kehidupannya. Padahal tidak apa jika hidup gadis ini sepi, karena memang kini ia sudah terbiasa dengan rasa sepi itu. Sama halnya seperti ia yang ditinggal oleh sang Ibu tepat dihari dimana dirinya terlahir di dunia ini, kemudian ia di tinggal oleh sang Ayah yang merantau jauh keluar kota dan akan pulang setiap 6 bulan sekali.

Neneknya pun juga tidak terlalu sering berkunjung kerumahnya, alasannya adalah rumah beliau yang memang cukup jauh dari kompleks Gantari.

Kini hanya tertinggal Mahen, entah apa yang membuat pria itu betah tinggal di kontrakan yang terbilang kecil itu, tinggal bersebelahan dengan gadis seperti Gantari bukankah sangat membosankan? Terhitung sudah hampir 2 tahun, mungkin hanya tinggal beberapa tahun kedepan saja sampai Mahen lulus, Gantari akan kembali sepi. Mahen juga akan ikut pergi meninggalkannya.

Gadis ini memang tidak perduli dengan hal yang akan terjadi dimasa depannya nanti, jika ia hidup sendirian sudah tidak ada masalahnya bukan?. Ia hanya perlu memberi makan untuk dirinya sendiri agar bisa tetap hidup. Jika kata Mahen, lo harus tetap hidup walaupun gak berguna.

Lelaki itu memang selalu punya kejutan untuk hal-hal yang tak terduga, terkesan aneh tapi itu menyenangkan. Setidaknya Gantari tau, bahwa masih ada satu celah kecil bagi Mahen untuk masa depan yang lebih cerah.

Jika suatu saat nanti waktu itu tiba, waktu dimana Gantari akan hidup sendiri maka ia tidak akan pernah melupakan Mahendra sebagai manusia yang penuh dengan warna.

Gantari beranjak dari tidurnya, rasanya sudah pagi saja padahal ia baru saja tidur jam setengah 2 tadi setelah mengerjakan tugas proposal untuk penelitian nya minggu lalu. Tiyan memintanya untuk membuatkannya yang baru, kesal saja karena proposal miliknya kemarin tidak di terima padahal ia sudah meminta bantuan Tiyan untuk membantu mengeceknya.

Ia berjalan seraya membersihkan kotoran yang berada di matanya kemudian mengikat tunggal rambut sebahu miliknya. Berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas meraih gelas plastik berisikan jus buah naga lalu meneguknya.

Gadis itu termangu beberapa saat menoleh kearah sisi tembok yang terpasang dengan rapih foto terindah yang pernah Gantari lihat, sosok mamahnya yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya tengah tersenyum tepat kearahnya.

"Bukankah hidup kalian akan lebih bahagia jika aku tidak terlahir di dunia ini?" Lirih Gantari menatap foto pernikahan kedua orangtuanya tepat di samping bingkai foto mamahnya.

"Mah, kenapa sih dulu mamah rela ngelahirin Gantari kedunia ini kalo pada akhirnya mamah pergi?" Gadis itu mulai emosional hanya karena menatap foto perempuan yang tersenyum bahagia itu.

Hatinya mendadak pilu, rasanya sesak saja karena kehadirannya hanya menghadirkan kekosongan untuk Ayahnya. "Gantari jahat banget ya Mah bikin Mamah pergi"

Januari dan Mahendra | Hendery✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang