____________❁❁❁..˗ˏˋ 'ˎ˗..❁❁❁__________
Pada pagi itu disaat Mahendra tersadar dan terbangun dari tidurnya, Gantari merasa bahagia melebihi apapun. Dia dapat melihat Mahendra yang persis seperti dulu, ia sudah kembali bersama warna-warna yang sempat ia lupakan.
Warnanya sudah tidak kelabu, mendung bahkan sampai hujan untuk waktu yang lama.
Mahendra sudah seperti dulu lagi, kini ia bisa tertawa bahkan bercanda. Tawanya kini murni keluar secara sukarela, tidak ada lagi luka yang ia tutupi.
Hari kelulusan dan acara wisudaan sudah berakhir satu jam yang lalu. Gantari sudah lulus menjadi sarjana Psikologi. Ia mengakhiri pendidikan ini dengan memuaskan. Bahkan lebih senangnya lagi sebelum dirinya lulus, Gantari sudah bekerja di rumah sakit Paman Sam, dengan mengambil bagian Psikologi klinis karena kebetulan pada saat itu tengah kekurangan orang yang ahli di bidang ini. Alih-alih iseng berhadiah, Gantari malah langsung di perbolehkan untuk bekerja di sana. Sangat beruntung bukan?.
Denish dan Neneknya sudah pulang sekitar 30 menit yang lalu setelah mereka melakukan foto terlebih dahulu.
Dan kini Gantari tengah berdiri di depan aula. Kemudian dirinya di kagetkan oleh keberadaan seseorang yang datang entah dari mana.
"Hai Gan?" Sapa pria dengan rambut hitam pekat bersetelan Jas sangat rapih dan juga terlihat semakin tampan setelah lama dirinya tidak bertemu.
Gantari terdiam sejenak terlihat tengah mengemati pria di depannya, sepertinya ia mengenalnya.
"Oh, kak Tiyan?" Gantari menebak, pria itu sangat berbeda jika tidak memakai kacamata.
Tiyan tersenyum karena dikenali sangat baik oleh Gantari. "Pangling ya?"
"Hampir ke gak ngenalin sih"
"Aneh ya?"
"Enggak kok kak, tambah cakep malahan" aku Gantari seraya mengacungkan jempolnya.
Tiyan hanya tersenyum kikuk.
"Eh, lo ngapain ke kampus kak?" Tanya Gantari, Gadis itu sedikit mengedarkan pandangannya.
"Iya, biasa lah nemuin pak Samsul."
Gantari menganggukan kepalanya mengerti, "gue kira mau nemuin pacarnya, soalnya lo tumbenan bawa bunga"
Mendengar penuturan Gantari, Tiyan menatap sekilas pada bucket bunga yang berada di genggamannya.
Setelah itu Tiyan menyodorkan bunga itu kepada Gantari sontak membuat gadis itu merasa kebingungan. "Hah?"
"Buat lo" ucap Tiyan masih dengan menyodorkan bunga di genggamannya.
"Niatnya tadi mau gue kasih ke pak Samsul, kan lumayan tuh bisa buat ganti bunga yang ada di ruangannya pak Samsul tapi kebetulan ketemu lo disini mending gue kasihin ke lo, anggep aja hadiah dari gue karena lo udah lulus. Dan maaf juga udah sering ngerepotin lo waktu kita masih satu angkatan dulu". Terang pria ber jas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari dan Mahendra | Hendery✓
Fanfiction[SAYA AKAN SANGAT BERTERIMA KASIH JIKA KALIAN MAU MENINGGALKAN JEJAK DI SINI.🦕] Kalo kata Mahendra harus sayang sama diri sendiri dulu, kalo masalah sayang sama dia mah belakangan. Tenang, dia tidak akan kemana-mana, kalo hilang paling lagi jajan T...