26: Mulut Berdosa Seorang Mahendra.

65 8 4
                                    

____________❁❁❁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________❁❁❁..˗ˏˋ 'ˎ˗..❁❁❁__________

Hari semakin siang saja, akhirnya Mahendra dan Gantari memutuskan untuk pulang setelah merampungkan sarapan sekaligus makaan siangnya dengan 4 bungkus mie instan, yah Gantari juga sempat tercengang dengan Mahendra yang ternyata dapat memakan mie sebanyak itu. Apa dia tidak takut jika ususnya lengket?.

Gantari hanya dapat menggelengkan kepalanya, Mahendra benar-benar dapat memakan mie sebanyak itu dalam satu waktu.

Di sepanjang perjalanan pulang Mahendra masih tetap bergurau, apa saja dia jadikan bahan untuk tertawa.

Dunia memang membutuhkan manusia seperti Mahendra, Gantari pernah memikirkan tentang hidupnya jika Mahendra tidak tiba-tiba mengontrak di rumahnya. Akan jadi sesepi apa hidup gadis ini?.

Satu pertanyaan yang kali ini muncul di dalam benak Gantari, darimana pria ini mengetahui bahwa rumah neneknya itu sedang mencari pemilik.

"Mahen" panggil Gantari seraya memajukan kepalanya agar suaranya terdengar oleh Mahendra. Pria itu hanya berdhm.

"Gue penasaran, darimana lo tau kalo dulu nenek gue buka kontrakan?" Tanyanya.

"Dari nenek lo"

"Kok bisa? Lo kenal nenek gue dimana?"

"Waktu itu gue nganterin Yanuar pulang, terus mampir bentar di warung pak Haji buat beli bensin gak sengaja denger nenek lo lagi promosi rumahnya, yaudah deh langsung gue gaet kebetulan juga gue lagi nyari kontrakan" jelas Mahendra kemudian Gantari hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Kenapa emang tiba-tiba nanya begitu?" Mahendra balik bertanya kemudian meririk sebentar dan kembali fokus pada kemudinya.

"Enggak kenapa-kenapa gue cuma penasaran aja, lagian ngapain lo mau aja ngontrak di rumah nenek gue"

"Lah, ya gak papa. Toh asik juga bisa gangguin lo. Hahaha" kata Mahendra tertawa renyah.

Hal itu jelas membuat Gantari meneplak punggung Mahendra dengan cukup keras, sang empu hanya meringis.

"Ngeselin banget sih jadi manusia" sungut Gantari kesal seraya menarik kepalanya kembali.

"Tapi sayang kan?" Goda Mahendra, kepalanya ikut menarik ke belakang agar lebih mendekat pada Gantari.

Motor Mahendra berhenti saat berada di area lampu merah.

"Enggak" singkat Gantari, ia memalingkan wajahnya.

"Ayo lah Gan, masa kita udah ciuman kayak semalem lo masih aja nolak gue" celetuk Mahen, mata Gantari sontak terbelalak.

Mahendra benar-benar manusia somplak, dia bahkan mengatakan hal seperti itu dengan sangat enteng. Gantari lantas menyembunyikan wajahnya merasa malu pada orang-orang yang mengalihkan atensinya pada Gantari, sampai pada akhirnya motor Mahendra melaju kembali.

Januari dan Mahendra | Hendery✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang