25: Rahsa Sarayu.

56 9 4
                                    

18+

____________❁❁❁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________❁❁❁..˗ˏˋ 'ˎ˗..❁❁❁__________

Di atas laju motor Mahendra yang di rasa santai, Gantari merasakan bahwa pria ini sangat menikmati perjalanannya. Perjalanan yang sama sekali Gantari tidak tau kemana arah tujuannya, gadis ini hanya mengikuti motor ini melaju.

Sedari tadi Mahen pun sama sekali tidak menanyakan kepada Gantari kemana tempat yang ingin gadis ini kunjungi. Jalanan menanjak dan berliku menuju ke arah pegunungan membuat Gantari sesekali menahan nafasnya tegang, ia tidak menyukai ini.

Mahendra hanya mengatakan bahwa ia akan membawa Gantari Camping. Yah Mahendra adalah pria yang sudah kelewat aneh, dia tidak mempersiapkan apapun untuk acara camping ini.

Terlebih ketika motor palang Mahen tiba - tiba terhenti di tengah tanjakan tajam dan panjang, tangan Gantari sontak terulur memeluk erat perut Mahen.

Jauh di depan sana Gantari melihat pemandangan Telaga yang luas dan panjang, di sepanjang jalan yang sudah benar tak menanjak seperti tadi, Gantari menghela nafasnya lega.

Mahen menghentikan motornya tepat di depan loket untuk membayar tiket masuk. Kemudian keduanya melajukan motornya kembali hingga berhenti di tepian telaga, di atas rerumputan yang sudah melebat terdapat satu tenda yang sudah lengkap dengan kayu bakar dan beberapa alat memasak di depannya. Gantari terkagum, ia kini tidak perlu menaiki gunung hanya untuk menikmati view seperti ini.

Dan dalam jangkauannya Gantari dapat melihat Telaga yang terbentang sangat luas di bawah semburat cahaya jingga oleh matahari yang hampir tenggelam.

"Lo gak takut sama Telaga juga kan, Gan?" Tanya Mahen sontak membuat Gantari terkekeh.

"Telaga kan bukan sumber Tsunami" tanggap Gantari.

Mereka duduk di tepian telaga dengan di temani 2 cangkir teh hangat seraya menikmati hembusan angin sore yang entah mengapa terasa dingin walaupun sinar matahari masih bersinar dengan semangatnya.

"Mahen?" Panggil Gantari, Mahen menoleh ke arah gadis yang tengah duduk di sampingnya.

"Lo tau gak sih kenapa gue benci banget sama pantai" tanya Gantari yang jelas Mahen tidak tau jawabannya.

Mahen menggeleng, "kenapa?".

"Dulu waktu umur gue 9 tahun, Gue pernah hampir mati tenggelam."

"Kenapa bisa tenggelam?"

"Dulu pernah ada anak yang tenggelam di area pantai tempat gue liburan sama Ayah. Gak tau kenapa saat itu insting superhero gue muncul aja gitu, gue ngeliat sekitar kayaknya gak ada yang nyadar kalo ada anak yang minta tolong, gue liat lebih deket niat pengen nolongin, eh malahan gue ikutan kesapu ombak" terang Gantari.

"Terus Ayah lo dateng nolongin lo?"

Gantari menggeleng, "Gue rasa itu bukan Ayah, samar-samar dia juga anak yang seumuran sama gue. Gue gak inget, tau-tau gue udah di klinik ngeliat Ayah yang udah nangisin gue. Gue ngira diri gue udah mati."

Januari dan Mahendra | Hendery✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang