♔ Note: Ambil yang baik, buang yang buruk. Bijaklah dalam membaca!
♔ Jangan lupa buat ninggalin vote dan komen kalian,
♔ Dan jangan lupa buat follow instagram author @yosh.raa @araajauu.wp"Sekecil apapun masalah seseorang, kumohon hargailah masalah itu. Karena terkadang sepele bagi kita, belum tentu bagi orang lain."
- TAMARA QUEEN KATARINA -✨✨✨
Dipagi yang cerah ini, Ara melangkah gontai dikoridor kampus tanpa ekspresi sedikitpun. Jika teringat akan kejadian kemarin, rasanya ingin kembali menangis.
Kepalanya yang terus menunduk dalam, kedua tangan yang memegangi dua buku didepan dada, hingga akhirnya setetes air mata jatuh tepat diatas buku tersebut.
Ara lagi-lagi menangis, ia berpikir kapan semua penderitaan ini akan berakhir?
Gadis itu terus menggigit bibir bawahnya agar tangisannya tidak didengar oleh siapapun dan akhirnya Ara langsung saja mendongak kembali setelah mengusap kasar air matanya itu.
"Sadar Ara, kamu itu lagi dikampus!" monolognya seraya meminta pada diri sendiri agar tidak menangis lagi.
Bergegas Ara pun berlari kecil menuju toilet, ia letakkan buku-buku itu disalah satu wastafel yang kering, lalu mencuci wajahnya sambil mengusap berulang kali matanya yang memerah tersebut. Ara kembali mendongak, menatap pantulan dirinya sendiri dan berkata.
"Kamu yang udah ngebunuh Mama. Iya, kamu yang udah bikin Mamah meninggal."
Bukannya mereda, tangisan gadis itu semakin menjadi. Ara terduduk lemas sambil membungkam mulutnya sendiri. Entahlah, perasaannya sedang tidak baik-baik saja sekarang.
Sudah berulang kali ia berusaha untuk terlihat kuat namun hasilnya nihil. Ketika Ara selalu menepis kuat tuduhan itu, yang ada malah membuat mentalnya semakin menjadi.
Terkadang ia membantah, terkadang pula ia hanya diam dan menerima dengan berat hati. Setiap hari dihantui rasa bersalah, padahal bukan sepenuhnya ia yang salah disini.
"Mama harus kuat, bentar lagi Papa pulang kok," tutur Ara sendu menatap sang Ibu yang sedang mengidap kanker stadium 4, Delia.
Wanita itu terbaring lemah tak berdaya diatas kasur, dengan rambut kepala yang sudah semakin menipis.
Ara menggenggam tangan Delia erat sambil menangis, wanita itu menatapnya dalam-dalam dengan senyuman pilu di bibir yang sangat pucat dan kering.
Sudah berkali-kali Ara meminta Ibunya itu untuk dirawat dirumah sakit, tetapi Delia terus menolak dan lebih memilih untuk dirumah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA [ TERBIT ]
Ficțiune adolescențiLINK SHOPEE AKU TAROH DI BIO INSTAGRAM KU YAA🌷🤍✨ Hidupnya berantakan setelah sang ibu meninggal, pun ayahnya menikah lagi, ditambah kehadiran dua saudara tirinya yang selalu bersikap tidak waras. Namun, Ara beruntung karena memiliki Aksara yang sa...