Titik hatiku sudah pada puncaknya, mati.
Seluruh yang ku punya sudah hilang, apakah perlu diperjelas lagi?
Aku berkelana, setiap hari, jam, menit hingga detik. Penat ini setiap detik datang. Ingin ku lepas lelah ini. Namun, kemanakah aku harus singgah?
Rumah dari awal segalanya saja sudah tak layak. Hartaku yang ku anggap satu-satunya pergi, lenyap tak beralasan. Hanya satu pilihan, ikhlaskan.
Penuh duka, rasanya sukar untuk bersuka cita dengan keadaan seperti ini.
Dari dalam hati, ku nyatakan ini tak adil! aku selalu yang tak bisa menerimanya!
Seolah engkau tak berbuat sesuatu yang menyakiti, bagaimana bisa kau bersikap biasa-biasa saja? Simpati mu kemana, heh?
Perasaanku selalu bercampur aduk setiap harinya, lalu bagaimana dengan menghadapinya?
Hingga suatu saat, sekiranya sudah dipuncak batas perasaan. Bersikap biasa saja, kataku begitu.
Awalnya, tetap saja rasanya sesak. Tapi ini jalan akhir agar memulai yang baru.
Ku harap, kejadian itu hanya mimpi.
Namun fakta menamparku.
"Diam membisu, itu pilihanku menghadapimu."