#Chptr 09

6 1 0
                                    

05.23

"Assalamualaikum bunda"
Alia menyapa bunda di dapur dengan seragam sekolah yang cukup rapih."Waalaikumsalam".bunda balik menyapa dengan senyum semerbak di pagi hari,Alia sangat suka moment ini.berharap ini akan selalu ada seutuhnya.

"Alina mana?belum keluar kamar?".bunda bertanya sambil menyodorkan dua piring nasi goreng ke meja makan.

"Nggak tau bun,tadi di sahutin nggak denger denger,pintu kamarnya juga dikunci"

"Tumben banget dikunci" bunda memasang raut wajah khawatir lalu bergegas ke arah kamar Alina yang tak cukup jauh dari dapur.Alia ikut menyusul ia mempunyai perasaan tidak enak.sejak kemarin malam Alina sudah seperti ini.

"Alin..".Ucap bunda bernada lembut di balik pintu Alina yang masih terkunci.indra pendengaran bunda sangat kuat ia mendengar isak tangis anaknya di dalam.

"Kamu kenapa?kok nangis?".
"Nggak bunda nggak nangis!,nggak enak badan aja".Alina kini menyahut.
"buka pintunya lin"

Perintah bunda adalah kewajiban,jika disuruh buka Alina harus buka.tapi rasanya untuk bangun dari ranjang saja berat.Alina sia sia menahan air matanya agar tidak jatuh.yang namanya disakiti pasti menimbulkan luka,itu yang tidak bisa ditahan oleh Alina.

"Liinn.."
"Iya bun,aku buka".ia menghapus air matanya dan mencoba membuka pintu kamarnya.

Sontan bunda langsung memeluk Alina,ia memeluk sang anak sangat erat."Nggak boleh ada yang nyakitin putri bunda".bunda berucap dan malah membuat emosi Alina tak tertahankan lagi.ia menangis sejadi jadinya di pelukan bunda.

"Bundaaa..hihh..dada Alin rasanya mau sakit..hiihh..ngga kuat bun".

Alia ikut menyaksikannya ia ikut menangis rasanya seperti ditusuk pedang.pertama kalinya ia melihat Alina yang sok kuat itu menangis dan lemah di pelukan bunda.

...

"Makan yang banyak kalian"
"Iya bun". Alia tersenyum sambil mengunyah makanannya.ia memakan nasi goreng buatan bunda dengan lahap.inilah caranya menghargai usaha bunda.Alina memakannya dengan lambat tidak lupa memberikan pujian ke bunda"Enak" ia hanya tersenyum sementara,lalu kembali merenung.

"Inilah penyebabnya bunda sangat membenci percintaan".Alina yang tadi melamun,langsung menatap bunda.sedangkan Alia yang tadinya menyantap dengan lahap dibuat kebingungan.

"Tapi tanpa cinta nggak ada yang namanya takdir bun,menurut Alina kayaknya Reno emang bukan takdir Alina".

"Kamu mencoba mengikhlaskannya tapi ujung ujungnya kamu membenci dia kan?".

"I-iya bun"

"Alina..bunda nggak pernah ngelarang kamu untuk bercinta,tapi kamu harus tahu orang orang yang benar tulus hatinya ke kamu seperti apa"

"Kalau ayah gimana bun?tulus nggak?"

"Al-alina?".Alia terkejut setengah sadar yang tadinya pembicaraan cinta yang tak Alia Mengerti kini ke topik Ayah.seharusnya sudah jadi larangan untuk membicarakan ayah di depan bunda.

~~~

"Yuna,udah berapa hari kamu nggak masuk Sekolah?,kamu kok jadi gini sih na".ibu Laras menyahut sang Anak yang pagi pagi bersantai di sofa memainkan handphonenya.
"Ibu!!,Yuna itu butuh healing,capek tau disuruh belajar terus".

"Ibu,Satya berangkat dulu".Satya berjalan ke ruang tamu menyalimi sang Ibu.dia terhenti saat Yuna masih belum mengenakan seragamnya,atau bahkan memang tidak sama sekali.
"Yuna nggak sekolah?".
"Ckkk,berisik lu kak sama aja kayak ibu,gue mau healing". Yuna terus terganggu oleh pertanyaan pertanyaan seperti itu.ia pergi dari ruang tamu dan kembali ke kamarnya.

"Loh Satya,nggak bareng ayah kamu aja?naik mobil?".
"Enggak bu,Satya mau naik sepeda aja sesekali".
"tapi kan,sekolah kamu lumayan jauh"
"Satya udah izin kok ke ayah"

Jarak Satya ke SMA Cipta bangsa sedikit Jauh dibanding ia melaju ke Universitas kerang bakti. untuk sampai tujuan juga membutuhkan waktu yang cukup lama.tapi perjalanan jauh itu tidak menghiraukan semangat Satya.ia akan terus mengayuh sepeda nya tanpa lelah sambil menikmati alam.

"Jangan capek capek ya?". Perhatian ibu Laras membuat Satya teringat kembali oleh ibunya.cara tutur kata ibu Laras dan sikapnya memang hampir seratus persen mirip ibunya.tapi rasa sayang Satya ke ibunya itu lebih dari seratus persen.Satya juga sayang keluarga baru ini.

"***"

Kini Alia menikmati perjalanannya ke sekolah dengan berjalan kaki.hari ini Alina tidak bisa masuk ke sekolah karena ya kalian tahu kan?.Walaupun jarak ke sekolah tidak terlalu jauh,Alia masing sangat asing dengan jalanan nya.satu satunya cara ya itu mengikuti arah anak anak sma yang berseragam sama dengannya.

dipertengahan.. Alia hendak menyebrang lewat zebra zross,tetapi disebrangnya ada segerombolan anak anak berseragam Universitas kerang bakti.ada salah satu anak perempuan melambaikan tangan ke arah Alia."Hai",walaupun jalanan sudah mulai agak ramai Alia bisa mendengar sapaan tersebut.Alia benar benar tidak kenal oleh orang yang menyapanya,walaupun pernah sekolah disana dia hampir tidak mengenali teman teman di sana kecuali teman kelas.

Segerombolan itu hendak menyebrang,mereka berpapasan dengan Alia.mereka menatap Alia sambil tersenyum,Wanita itu juga tidak menyapa lagi.

Selesai menyebrang akhirnya Alia kembali melanjutkan perjalanan nya.ia dibuat bengong sementara."Alia?".tiba tiba saja ada yang menyadarkan nya.seseorang bersepeda gunung berhenti dihadapan Alia.ia mencoba memastikan siapa yang menyahutinya dan ternyata ia melihat sosok Satya kembali.

Satya terus terus saja menatapnya membuat Alia kebingungan.jantungnya pun tidak bisa berdegup normal.entah kenapa ketika ia ada di dekatnya jantungnya tidak bisa stabil."Kenapa?".Alia balik bertanya,sehingga saling tatap menatap itu lenyap.

"Akhh,kamu jalan kaki?".Alia hanya mengangguk kaku.

"Mau bareng?"
"Eh,nggak usah,dikit lagi sampai kok"
"Sampai dimana Alia?,kita harus nyebrang lagi,terus lewatin jalan sepi yang pinggirannya dikelilingi pohon terus kita nyebrang lagi".
"Sejauh itu?".Alia hampir tidak percaya dengan ucapan Satya.tetapi saat ia mengatakan jalanan sepi dikelilingi pohon ia sedikit ingat.itu tempat yang biasa Alia lewati bersama Alina ketika menuju sekolah menggunakan motor.

"Ayuk bareng".Satya memperlihatkan bagian belakang sepedanya.memang tidak ada jok tapi Alia melihat ada sebuah per menempel di tengah tengah ban baik di samping kiri dan kanan.

Alia hendak naik,tapi sedikit ragu untuk memegang pundak Satya."Naik Juseyo".
"Hah?".
"Silahkan naik".Satya tersenyum manis.kata kata Satya berkalimat "Juseyo" sangat tidak asing didengar Alia.dia teringat oleh maskot kelinci di sekitar taman Rumahnya.

Setelah memastikan Alia sudah menumpang,Satya kembali menggoes sepedanya dengan tenang.

"***"

"beneran guys,gue liat Alia make seragam SMA Cipta bangsa".
"oupss demi apapun itu lo?"
"Kalo nggak percaya tanya noh ama gerombolan gue".wanita yang tadi meyapa Alia memulai gosip dikelasnya sehingga mendapat banyak perhatian oleh murid yang lain.

"Woyy woyy woyy lu pada ngapain ngerumunin bangku gue?". terdapat Giselle yang baru saja datang dengan emosi barunya.bagaimana ia kesal?bangkunya dikerumuni oleh orang orang yang suka bergosip.

"Eh pelakunya dateng".Giselle menatap sinis wanita yang duduk di sampingnya.

"ohh lu pada ngomongin gue yak?"

"Sans dong neng sans".Laki laki yang berdiri di samping meja Giselle mencoba menenangkannya.

"Lu tau nggak sekarang Alia sekolah dimana?"

"Ya mana gue tau,itupun bukan urusan gue"

"Udah Ratu bully".Wanita yang ikut mengerumuni meja Giselle membisikkan teman satunya.walupun mencoba berbisik masih saja terdengar oleh Giselle.

"Dia sekolah di SMA Cipta bangsa".Wanita lain yang berdiri di samping meja Giselle langsung pergi setelah melontarkan kalimat itu.anak anak yang mengerumuni meja ikut membubarkan diri.

"Hah?hahah apa urusannya sama gue?"

Catatan Rindu [Choi Soobin] {√}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang