Seminggu berlalu. Acara HUT sudah usai. Tapi setelahnya pasukan Sasrawarsa masih belum genap menyelesaikan acara tanpa adanya evaluasi sebelum nanti bisa berleha-leha lagi. Eval atau evaluasi, dimana anggota atau setiap sie akan dikoreksi kinerjanya dari satu bulan belakangan. Sehingga diwajibkan seluruh pengurus turut hadir hari ini.
Dengan langkah gontai disertai kelopak matanya yang terasa beratnya, gadis dengan rambut berkepangnya itu siap-siap membuka pintu setelah matanya menelisik samar persekitaran koridor. Sepi.
"Kenapa sih, evalnya harus hari sabtu? Nggak tau orang ngantuk apa?" Gerutu Kenes.
Memasuki ruang Sasrawarsa langsung disambut perasaan mencekam. Kalau kata Caka, "Ngeri-ngeri sedep." Ditambah lagi dinginnya angin siang ini sangat pas berpadu utuh menyelimuti seluruh isi ruangan yang konon katanya disebut-sebut sebagai rumah kedua menurut pasukannya Abimanyu.
"Ada lagi yang izin selain Bayu?" Pertanyaan Abimanyu menginterupsi. Sontak Caka menghitung jumlah anggota dengan menunjuk satu persatu peserta yang hadir.
"Ini daftar hadirnya tadi." Celetuk Daba sembari menyerahkan dua lembar kertas yang sudah tertera nama dan juga tanda tangan dari masing-masing anggota.
Abimanyu menerima sembari manggut-manggut. "Bisa dimulai evaluasi hari ini?" Seluruhnya mengangguk serempak. Kini mereka telah duduk melingkar saling berhadapan. Rasa-rasanya seperti orang yang bersiap mendapat sidang karena melanggar undang-undang negara.
"Singkatnya kalau kalian tidak bersalah, diizinkan untuk menyanggah tetapi dengan syarat harus mengklarifikasi saat itu juga. Dan setelah evaluasi selesai, tolong tetap dijaga solidaritasnya! Sampai sini ada pertanyaan?" Tutur Abimanyu tegas. Kalau sudah dihadapkan dengan situasi begini dari raut muka, gaya bicara, bahkan sampai tingkah laku Abimanyu bisa berputar seratus delapan puluh derajat dari biasanya. Harus profesional katanya.
"Tidak ada jawaban berarti saya anggap evaluasi dimulai."
Dilain sisi ada Putra yang tiba-tiba menyikut lengan Rasi. "Baru di eval gini aja udah mirip sidang skripsi." Ujarnya berbisik.
"Emang lo udah pernah ikut sidang skripsi?" Tanya Rasi turut berbisik.
"Nggak, sih. Tapi dikit-dikit tau dari sepupu gue."
Rasi kemudian menopang dagunya. "Banyak banget sepupu lo perasaan."
Abimanyu mulai membuka buku 'sakti' bersampul coklat miliknya. "Dari mulai inti acara, empat orang anak, Dika, Yasa, Kenar, dan Indy. Dika, kamu kurang cekatan dalam bertugas, masih sering teledor, waktu koor selalu dadakan. Gimana?"
Sedikit merinding Mahardika melihat sisi Abimanyu yang seperti ini. Namun dengan tetap percaya diri ia meluruskan. "Buat kedua alasan pertama emang bisa dibenarkan, karna gue sendiri juga ngerasa kurang sat set jadi ketua panitia, tapi kayaknya alasan yang ketiga bukan karna dari gue aja faktor penyebabnya. Bu Endang, tau sendiri beliau juga sibuk ngajar, kadang nggak langsung bales chat jadi gue mau menyesuaikan jam koor juga susah."
"Ada pendapat lain? Apakah alasan dari Dika bisa diterima?"
Sebagian dari mereka mengangguk tanda setuju. Dan Dika dibuat bernafas lega karena itu. Rasanya seperti seluruh bebannya terbang terbawa angin sampai entah kemana.
"Yasa?" Abimanyu meliriknya sekilas.
Tenang Yasa. Siapin jawaban terbaik lo.
"Ada peningkatan ya, Yas. Cuma tolong kedepannya lebih memperhatikan kondisi. Tau waktu mana yang harus serius, mana yang bercanda." Yasa mengacungkan jempolnya sembari menepuk dada bagian kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Temu
Romance°°°Segenap kisah sederhana dari barisan raga asal bumi pahlawan yang tengah mencari dimana letak jati diri sebenarnya; dengan berbekal secawan harap pun terselip semangkuk doa pada setiap ceritanya。。。 © javaveta2O21