"Liat deh, Ra!" Seruan dari lisan Daba segera mengambil alih atensi pemudi Pijar Rasi.
Dengan cepat sepasang netranya beralih fokus dari ponsel yang menampilkan salah satu feed insta seseorang, cogan pastinya.
"Aku tadi baru nemu objek baru! Cocok nih buat cuci mata sebentar." Ujar Daba dengan hebohnya sembari menunjuk tepat pada layar ponsel pintarnya yang menampilkan foto separuh raga seorang pemuda dengan pakaian casual terlihat sedang meracik segelas kopi.
"Lumayan juga style nya. Tau darimana?"
Daba tersenyum kecil. "Udah ndak usah tanya." Rasi pun mencibir.
"Nanti sore gimana?"
"Ada bimbel."
"Malem, abis magrib? Harus bisa pokoknya." Dan keputusan bulat yang dibuat oleh Daba sekedar diberi anggukan semata. Tidak biasanya seorang Pijar Rasi jadi malas bertemu cogan seperti ini.
"Kenapa cantik?"
Tanpa diperintah salah satu suara familiar melintas begitu saja. Ada yang bisa menebak siapa dia?
"Diem ya! Dasar dedemit." Gertak Rasi cepat.
"Duh, gusti. Ini calon makmum saya mbok ya ditambahi stok kesabarannya dikit aja."
"Adiyaksa sontoloyo!" Dan sebuah telapak tangan sukses mendarat mulus tepat di atas kepala pemuda Basupati.
Yasa mengeluh kesakitan sembari mengelus puncak kepalanya yang baru saja mendapat sebuah kiriman berupa pukulan maut penuh dendam.
"Kurang asem tenan bocah iki."
"Mending jadi imamnya Bu Endang aja sana!"
"Heh, lambemu!" Balas Yasa dengan sepasang netranya yang nyaris mencuat keluar hingga dirasa cukup geram, maka telapak tangannya berganti menepuk ranum mungil dari pemudi dihadapannya.
"Berantem mulu kalian berdua ini. Besok harus jadian." Celetuk Jingga yang juga ikut menyinggahi salah satu bangku tepat di samping Yasa.
"Ndak!"
"Wegah!"
Tanpa kesadaran sepenuhnya, sepasang muda-mudi yang sepertinya tidak pernah menerapkan sistem damai sejahtera itu mengucap kata yang sama dalam satu waktu.
"Ekhmm!"
"Yoalah rek rek, lha kok pada berantem iki enek opo? Koyok sinetron Ikatan Cinta ndek tv kae." Dan ternyata salah satu penjual di kantin menyuarakan tanya sembari meletakkan empat gelas es teh beserta sepiring gorengan di atas meja.
"Matur nuwun cak Min." Ujar Jingga sopan.
Daba yang cukup penasaran jadi ikut mengambil pertanyaan. "Sinetron Ikatan Cinta apa cak Min?"
"Halah, sampeyan ndak tau ta? Iku viral banget padahal. Sampek trending ndek Twitter."
Daba yang masih tidak faham dengan arah penjelasan cak Min sekedar mengangguk seadanya. Bapak bapak satu ini lagi menggila sinetron Ikatan Cinta rupanya, sangking hebohnya bercerita dengan ria sebagian alur yang cukup diketahuinya. Hingga gorengan yang berada di piring sudah ludes dengan cepat dilahap oleh empat orang saja, cak Min juga menjadi salah satunya.
"Oalah gitu ta pak. Menarik juga, nanti deh saya suruh bapak saya buat ikut nonton juga." Respon dari Daba sepertinya cukup membuat cak Min kegirangan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Temu
Romance°°°Segenap kisah sederhana dari barisan raga asal bumi pahlawan yang tengah mencari dimana letak jati diri sebenarnya; dengan berbekal secawan harap pun terselip semangkuk doa pada setiap ceritanya。。。 © javaveta2O21