| 17 | 🦋 Tamu Tak Diundang 🦋

358 45 6
                                    

"Ngapain lo ke sini?" tanyaku serta-merta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain lo ke sini?" tanyaku serta-merta. Tak bisa menyembunyikan nada ketus dalam suaraku.

"Ngerjain tugas Fisika lah. Lo pikir gue mau ngapain? Ngapelin lo?" jawab Hessel sekenanya.

Aku melengos. Bisa-bisanya dia bercanda seolah tak terjadi apa-apa, padahal dia tidak masuk sekolah dan tak tahu masalah apa yang sudah diperbuatnya.

Dengan jengkel, aku segera memarkir motor di halaman, melepas helm, lalu bergerak turun sembari bertanya lagi padanya, "Kenapa lo nggak masuk sekolah tadi?"

Hessel masih berdiri tegak di dekat teras, menatapku lekat dengan kedua tangan di dalam saku. Senyum jenaka cowok itu terbit ketika menjawab, "Emang kenapa? Lo kangen?"

Aku mendelik. "Masih bisa ya lo bercanda, padahal tadi pagi gue sampe dipanggil sama Kepsek gara-gara lo!"

"Lo dipanggil sama Kepsek?"

"Iya!"

"Kenapa?"

"Ya, gara-gara balap liar kemaren! Pake nanya lagi lo!"

"Galak amat." Senyum menyebalkan itu kembali tersungging di bibir Hessel. Reaksinya yang santai kian membuatku jengkel.

"Ngomong-ngomong, lo kok bisa masuk ke rumah gue, sih? Bukannya di rumah gue nggak ada orang?"

Hessel membuka mulut hendak menjawab, tapi tertahan oleh suara mama yang tiba-tiba terdengar dari dalam.

"Rila, kok gitu sih ada temen yang datang ke rumah?"

Aku menoleh pada mama yang kini telah berdiri di ambang pintu depan. Sedikit kaget juga karena mama ada di sini pada waktu seperti ini. Biasanya 'kan mama berada di toko.

"Kok Mama ada di rumah? Tokonya tutup?"

"Ada Fahmi yang jaga. Mama mau pergi dulu sebentar ke undangan pernikahan anak temen Mama siang ini," sahut mama dan aku baru ngeh dengan penampilannya yang begitu rapi dalam gaun panjang berwarna cokelat muda itu. Mama kemudian melambaikan tangan dan tersenyum ramah pada Hessel. "Ayo masuk! Jangan cuma di luar aja, panas."

"Nggak papa, Tante. Saya di sini aja." Hessel mengangguk sopan. Senyum jailnya otomatis berganti dengan senyuman mengandung gula.

Aku bisa melihat mama yang tampak terkesima selama beberapa saat. Tak mengherankan bila mama bisa bereaksi seperti itu kala memandang Hessel yang memang memiliki visual sangat menarik. Namun, tetap saja aku kesal karena Hessel sepertinya sengaja menunjukkan pesonanya untuk mengambil hati mama.

Aku segera berjalan dan duduk di kursi teras untuk melepas sepatu. Kuberikan isyarat pada Hessel agar masuk ke dalam, tapi cowok itu bergeming.

"Gue di sini aja, La. Nggak papa," katanya.

"Ya udah, kalo gitu gue mau ganti baju dulu. Lo tunggu bentar."

Aku bergegas masuk ke rumah, sementara mama berjalan mengekoriku di belakang.

Freak OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang