| 1 | 🦋 The Introvert and Extrovert 🦋

897 68 9
                                    

Aku tersentak dengan napas terengah-engah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersentak dengan napas terengah-engah. Mataku menatap nanar langit-langit kamar di atasku. Mimpi buruk itu lagi. Aku mendesah. Sudah berapa kali aku memimpikan kematian perempuan itu dan tetap saja terbangun dengan perasaan takut serta gelisah yang sama.

Kusibak selimut yang masih membungkus tubuh. Sekujur badanku lengket bermandikan peluh. Jam weker di atas nakas menunjukkan pukul lima pagi. Ini hari Senin dan merupakan hari pertama masuk sekolah semester kedua. Aku harus mandi dan segera bersiap.

Setiap kali habis bermimpi buruk, entah mengapa aku merasa lemas tak bertenaga. Seolah energiku terhisap habis oleh sesuatu tak kasat mata. Mimpi itu selalu berpola sama. Seorang perempuan berdiri di atas gedung dan terjatuh di depan kedua mataku. Lalu, aku akan terbangun dengan napas terengah-engah dan sekujur badan dibasahi keringat.

Aku tidak tahu apa penyebab mimpi buruk itu berkaitan dengan peristiwa mengerikan yang kulihat enam bulan lalu. Seorang perempuan mati karena terjatuh dari atas gedung. Perutku bergejolak tiap kali teringat kejadian itu. Kasus kematian perempuan itu telah ditutup sebagai kasus bunuh diri.

Aku tahu itu tidak benar dan mencoba memberitahu polisi mengenai kenyataan yang kulihat karena aku satu-satunya saksi di sana. Tetapi, aku mendapatkan surat ancaman tanpa nama yang ditulis dengan darah. Yang mengatakan kalau aku akan bernasib sama bila mengungkapkannya. Mama yang ketakutan berusaha untuk menyuruhku diam. Sejak itulah aku sering memimpikan perempuan itu dan rasanya sangat mengganggu. Aku berharap semua ini bisa berakhir dan aku dapat menjalani hidup dengan tenang seperti semula.

Sambil menarik napas panjang untuk mengisi udara pada paru-paruku yang menciut, aku melangkah terseret-seret menuju kamar mandi, nyaris bertabrakan dengan Anila-adikku yang terpaut satu tahun di bawahku.

"Ih, Kak Rila tuh ngagetin aja!" serunya jengkel.

Aku hanya menatapnya dengan mata mengantuk. Sebagian rambut panjangku yang berantakan menutupi wajah. Mungkin itulah yang membuat gadis itu terkejut.

"Kamu udah bangun, La?" Suara mama terdengar dari arah dapur.

"Udah, Mah," sahutku, lalu menatap Nila dengan tak sabar. "Lo udah selesai belom? Gue juga mau mandi."

Nila segera menyingkir dari pintu sambil bersungut. Membetulkan lilitan handuk di kepala dan juga jubah mandi yang dikenakannya.

"Eh, itu barang-barang lo jangan lupa dibawa," kataku, menunjuk pakaian Nila yang tertinggal di dalam kamar mandi.

Gadis itu melenggang tak peduli menuju kamarnya. "Ntar aja. Gue mau ganti baju dulu."

Aku menghela napas sambil geleng-geleng. Lalu, mengumpulkan pakaian Nila yang berserakan dan meletakkan di keranjang cucian yang terletak tak jauh dari kamar mandi.

Kebiasaan gadis itu memang tak pernah berubah. Selalu ceroboh, sembrono dan berantakan. Kadang aku sudah sering mengingatkannya agar tidak sembarangan meletakkan barang-barang. Tetapi, ucapanku hanya dianggapnya angin lalu.

Freak OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang