| 13 | 🦋 Polisi 🦋

270 47 17
                                    

"POLISI WOI!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"POLISI WOI!!!"

"LARI! ADA POLISI!"

"POLISI! POLISI!"

Semua kegaduhan itu membuat perasaanku kalut setengah mati. Aku kontan membuang pandang ke sekeliling. Berusaha mencari siluet Nila di antara orang-orang yang masih berlarian dengan panik. Akan tetapi, gadis itu tak terlihat di mana pun.

Di sisi lain, suara letusan pistol yang terdengar membuat sekujur tubuhku gemetaran. Jantungku seakan hampir lepas dari rongganya.

"Nila!" teriakku. Terus menengok ke sekeliling mencari gadis itu dengan panik. "Nila!"

Aku benar-benar tak tahu harus ke mana. Tidak ada satu pun orang yang kukenali.

"Nila!"

Kususuri gerombolan orang yang berlarian dari arah berlawanan. Namun, tetap saja gadis itu tak terlihat di mana pun.

Shit! Kemana sih adikku itu?

"Ariela!" Seseorang tiba-tiba terdengar berteriak bersamaan dengan suara mesin motor berderum di dekatku.

Aku menoleh dan mendesah lega sewaktu menyadari ternyata Hessel yang memanggilku. Cowok itu mengulurkan tangannya, menarikku mendekat.

"Cepet naik!" Dia berkata seraya mengendikkan kepalanya agar aku bergegas.

Tanpa perlu berpikir panjang, aku pun langsung menghambur menaiki motornya.

Langit sore tampak mulai menampakkan semburat kemerahan ketika Hessel membawa motornya melesat dengan kecepatan yang membuatku menggigil, sementara sirine mobil polisi masih menggaung keras di belakang kami. Jelas para polisi itu sedang berusaha untuk menangkap semua yang terlibat dalam balapan liar kali ini.

Memikirkan hal itu, membuat perutku kian bergejolak oleh perasaan kalut. Aku tak bisa membayangkan berada dalam sel penjara hanya gara-gara tak sengaja mengikuti Hessel kemari. Lalu, melihat mama yang mungkin akan menangis meraung karena anak sulungnya yang selalu bersikap teladan, tiba-tiba berakhir di kantor polisi.

Sungguh, ini betul-betul mengerikan! Harusnya aku memang tidak pernah mengiyakan ajakan Hessel untuk ikut dengannya hari ini. Aku benar-benar menyesal.

Cowok itu tiba-tiba berbelok dalam kecepatan terlampau tinggi. Aku langsung memejamkan mata. Perutku mual. Jantung serta organ-organ dalamku serasa dibetot dari dalam.

Hessel memang benar-benar sudah gila. Bagaimana mungkin dia bisa membawa motor sebegini ngebutnya, lalu berbelok tiba-tiba tanpa mengurangi kecepatannya sedikit pun? Apa dia pikir dia itu Marc Marquez? Atau Valentino Rossi?!

Belum lagi bagaimana dirinya menyalip di antara kendaraan-kendaraan lain di sekeliling kami yang membuat isi perutku seperti sedang dihempaskan sampai ke dasar-dasar ususku.

Kuharap aku punya nyawa cadangan jika tiba-tiba motor Hessel menabrak tiang pembatas jalan, atau lebih buruknya lagi terguling lalu masuk ke kolong truk tronton berisi barang-barang.

Freak OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang