Aku jatuh tertidur setelah puas menangis, kemudian mulai bermimpi. Awalnya mimpi itu menyenangkan, tentang kejadian di masa lalu. Saat-saat bahagia bersama papa. Saat papa membelikanku sepeda motor sebagai hadiah kelulusanku dengan nilai terbaik. Momen yang benar-benar tak bisa kulupakan.
Namun sayangnya, mimpi itu hanya sekejap dan berganti dengan mimpi tentang perempuan itu. Seperti biasanya, ada kabut yang tiba-tiba muncul mengelilingiku. Lalu entah bagaimana, aku telah berada di depan gedung kosong itu. Menatap si perempuan yang tampak berdiri tak bergerak di atas gedung. Hanya pakaian putihnya yang melambai-lambai tertiup angin.
Dalam keadaan seperti ini, aku ingin sekali terbangun. Namun, entah mengapa rasanya sulit sekali. Seolah-olah tubuhku sudah terpatri total di dalam mimpi ini tanpa bisa mengelak barang sedikit pun.
Perempuan itu masih terus berdiri di sana tanpa bergerak atau bersuara, sementara aku hanya bisa menatapnya dengan jantung berdebar. Lalu ketika akhirnya tubuh perempuan itu perlahan-lahan melayang turun dan membentur aspal di hadapanku dengan keras, aku refleks memekik dan memejamkan mata. Napasku tercekat. Meski sudah sangat hapal pola mimpi ini berjalan, tetap saja aku tidak dapat membendung kengerian tiap kali menyaksikan bagaimana perempuan itu meregang nyawa dengan begitu mengenaskan.
Kubuka kembali mataku sambil menghirup udara sebanyak-banyak yang kubisa untuk mengisi paru-paruku. Tubuh perempuan itu terlihat berkedut-kedut dan ada suara erangan samar yang tertangkap telingaku.
Aku berusaha menahan diri agar tidak menghampirinya, tapi lagi-lagi mimpi ini tak mengizinkanku untuk berimprovisasi. Jadi dengan otomatis, tubuhku bergerak begitu saja mendekati si perempuan dan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.
Perempuan itu membisikkan kalimat yang sudah kuhapal ribuan kali, "Tolong ... aku. Dia ... ingin membunuh ... ku."
Dan ketika kepalaku perlahan-lahan hendak mendongak, aku terkesiap. Pembunuh itu tiba-tiba saja berdiri di dekatku, memakai pakaian serba hitam sambil memegang pisau. Ia tersenyum. Matanya terkunci padaku dan aku merasakan jantungku seolah tenggelam sampai ke bagian selatan perutku ketika mengenali sosok itu.
Dia adalah Hessel!
-
Aku tersentak dengan napas terengah-engah. Jantungku berdentum-dentum memukul rongga dada. Mimpi buruk lagi. Selalu mimpi buruk itu.
Sungguh, ini benar-benar melelahkan. Kapan sih aku bisa terbebas dari mimpi buruk yang mengganggu ini?
Tetapi, tunggu! Kenapa ada Hessel di dalam mimpiku? Dan dia membawa pisau sambil tersenyum.
Ya Tuhan! Ini sangat mengerikan.
Secara refleks, aku bergidik. Buru-buru menyibak selimut dan beranjak turun dari tempat tidur. Tak ingin memikirkannya lebih lanjut. Mungkin saja karena kekesalanku padanya siang kemarin, sehingga dia terbawa ke dalam mimpiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Out
Mistério / Suspense(Mistery - Romance) Ariela Kinara tak sengaja menyaksikan kematian tragis seorang perempuan di suatu malam. Dia yakin perempuan malang yang jatuh dari atap gedung itu mati karena dibunuh, bukan bunuh diri seperti yang diduga polisi dan juga kebanyak...