01. Perkara kerja kelompok

674 47 1
                                    

Jovan

El, kerkom nya tunda dulu yah? Gue ada urusan

Menghela nafas lelah, Renjun membuang ponselnya ke sembarang arah. Bodo amat dengan lecet yang mungkin saja akan terjadi pada ponselnya. Ia benar-benar kesal. Renjun itu tipe anak yang malas menunda-nunda pekerjaan. Menurutnya itu sangat tidak kooperatif dan hanya membuang waktunya sia-sia. Sambil mencebik kesal, Renjun turun dari kasurnya. Mungkin segelas air putih dapat meredam kekesalannya.

"Dek, belom berangkat?"

Suara Doyoung menginterupsi dari belakang. Setelah air itu tandas diminum, Renjun berbalik dengan wajah kesal yang amat kentara.

"Gak jadi." Ketus lelaki yang lebih mungil sambil menaruh secara kasar gelas ke meja makan di depannya.

Diam-diam Doyoung tersenyum jahil. Renjun menyadari itu namun ia enggan untuk perduli pada kakaknya yang menurut dia sedang menampilkan wajah konyolnya.

"Marah gara-gara gagal ketemu mas-Crush, yah?" Goda Doyoung sambil mencolek dagu Renjun.

Renjun memilih abai. Kakaknya itu kalau di ladenin malah semakin menjadi. Jadi yah dia main aman saja. Daripada tenggorokannya nanti sakit gara-gara balesin bacotan kakaknya.

"Cie~ yang ngambek gara-gara nggak jadi ketemu, cie~"

Tuh kan!

Gak di ladenin aja begitu apalagi kalau Renjun ladenin cobak?

Lagi-lagi Renjun lebih memilih menutup telinga dari pada membalas ucapan kakaknya. Airpods yang sedari tadi ia bawa disumpalkan pada kedua lubang telinganya. Mencoba menghalau celotehan Doyoung yang sangat tidak berfaedah untuk di dengar.

"Cie~ ada yang ngambek nih!!"

Doyoung masih terus menggoda Renjun. Mengikuti kemanapun anak itu melangkah lalu berakhir terduduk di sofa ruang keluarga. Menurutnya menggoda adiknya yang sensian adalah suatu kenikmatan yang tiada tanding.

"Apa sih kak?!"

Karena kesal, dengan brutal Renjun memukul tubuh Doyoung dengan bantal sofa. Sedangkan sang tersangka hanya tertawa sambil sesekali menghalau timpukan bantal dari adiknya.

"Cie~ hahahah... dasar anak muda."

Dada Renjun naik turun dengan wajah yang memerah. Meladeni kakaknya hanya akan membuat tenaganya terbuang sia-sia. Jadi dia lebih memilih mengalah, saat dia hendak bangkit sebuah lengan lebih dulu memeluk pinggangnya possesif. Membuat Renjun yang sudah berdiri mau tak mau terduduk kembali di pangkuan Doyoung.

"Awas kak lepasin!" Renjun bergerak gusar saat leher belakangnya merasakan hembusan nafas hangat kakaknya.

Yang lebih tua terkekeh. Wangi Vanilla menteruak begitu kepalanya mengendus leher Renjun.

"Alah, giliran Jovan begini aja dibolehin."

"Apasih kak—ANJIRR KAKAK JOROK BANGET SIH LO!!!"

Buru-buru Renjun bangkit lalu mengusap lehernya yang basah oleh air liur itu. Mukanya mengerinyit saat tangannya ia bawa ke arah hidung.

"ANYING BAU JIGONG!!"

Doyoung melotot seketika. Enak saja dirinya dikatain bau jigong. Gak tau aja Renjun dia udah sikat gigi berapa kali hari ini.

"Sembarangan lo bocil!!!" Doyoung menoyor kepala Renjun yang duduk di ujung sofa.

"Lagian lo apaan banget sih?!!" Sewot Renjun kesal. Tangannya masih sibuk mengapus jejak air liur kakak bangsatnya itu. Untung tidak meninggalkan bekas merah di sana. Kalau sampai ada Renjun beneran bakal timpukin kakaknya sampe mampus. Renjun berani bersumpah!

FATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang