"Kak!"
Sepi. Tak ada jawaban.
"Kakak!!"
Hush... Hanya angin yang lewat.
"Kak Dion!!!"
"Apaan sih?" Doyoung yang sudah jengah membalas panggilan adiknya.
"Lo tuli, kak? Apa perlu gue anter ke THT buat berobat?"
"Gak."
Renjun berdecak tak habis pikir. Menatap nyinyir Doyoung di depan sana.
"Chilldish banget lo!"
"Hak dong!" Balas Doyoung tak mau kalah.
Seolah tak perduli dengan ejekan Renjun, Doyoung bangkit sambil membawa tas leptopnya. Roti yang tadi sudah ia oleskan selai cokelat ia gigit pelan.
"Sekolah yang bener!"
Setelah mengucapkan itu Doyoung pergi meninggalkan Renjun yang menatapnya kesal. Bodo amat. Salah sendiri ngatain dia monyet kemarin malam. Yah meskipun Renjun nggak terang-terangan nyebut dia hewan penggila pisang itu, namun tetap saja kata 'rabies' yang adik kecilnya ucapkan itu sudah menjelaskan segalanya.
"Terus gue berangkat sama siapa setan?!!!" Racau Renjun keras.
"Si Jovan kan masih ada. Sekali-kali lah nebeng sama mas crush."
Mata Renjun mengerjap. Dia tak tahu kalau Doyoung masih ada di dalam. Dia pikir abang sialannya itu sudah keluar.
Doyoung terkekeh. Apa-apaan wajah polos adiknya itu? Ah, sepertinya Doyoung harus buru-buru pergi sebelum sesuatu akan terjadi jika dirinya berlama-lama dengan adiknya.
"Dek?"
Ternyata Doyoung belum benar-benar pergi. Terbukti dari dirinya yang kini berdiri di belakang Renjun. Memeluk pinggang ramping Renjun yang sangat terasa pas di pelukannya.
"Morning kiss?"
Kalimat main-main Doyoung itu Renjun tanggapi dengan serius. Terbukti dengan merahnya pipi sang kakak akibat tamparan tak manusiawi Renjun. Lagian salah sendiri juga bercandanya nggak ngotak.
"Gila lo kak!"
Renjun bergidik ngeri saat membayangkan dirinya dan sang kakak berciuman.
"Bercanda woy bercanda! Gila lo namparnya beneran." Wajah Doyoung memelas. Tangannya sibuk mengusapi pipi yang ia yakin memerah itu.
"Bercanda lo kelewatan kak."
Memilih tak mengindahkan Doyoung yang meringis kesakitan, Renjun melangkahkan kaki begitu menyadari jam di dapur sudah menunjukkan pukul 06:59.
"Aduh.. telat ini mah udah!!" Gerutunya sambil berjalan ke arah halte. Sebab mobil kuning kesayangannya sedang dalam masa perbaikan sekarang.
Padahal kalau Renjun mau ia bisa saja ikut menumpang dengan mobil kakaknya atau memesan ojek onlen. Tapi mengingat ia tadi menampar kakaknya begitu keras membuat gengsinya memuncak kalau sampai ia meminta tumpangan pada Doyoung. Lalu untuk opsi kedua sepertinya nggak mungkin. Soalnya udah telat benget ini.
"Dek, mau bareng nggak?"
Pura-pura nggak perduli.
Begitu isi kepala Renjun berteriak. Doyoung terkekeh. "Udah ah cepet sini masuk!"
Decakan dari yang lebih tua terdengar saat sahutan dari Renjun tak kunjung mengudara. Dengan terpaksa Doyoung turun dari mobilnya lalu menarik tangan adiknya lembut agar segera masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED
Fanfiction『NoRen』 "Karena ini takdir." -Jeno Dom! -Renjun Sub! warn! BXB, Incest, Missgendering, kata kasar, Mature content (Mature di sini bukan karena banyak adegan tak senonohnya. Disini banyak terdapat kata-kata kasar menjurus ke vulgar.) ©. edsvfe