06. Bohong

323 21 1
                                    

Jeno berjalan menuju kantin bersama Jaemin dan Haechan. Wajah ketiganya yang mulus abis membuat mereka menjadi pusat perhatian saat melewati gerombolan siswi tukang gosip yang sedang duduk santai itu. Bahkan sesekali Jaemin mengedipkan mata dan memberikan ciuman jarak jauh yang sontak membuat beberapa gerombolan siswi itu berteriak histeris. Jeno hanya terkekeh kecil dibuatnya.

Selain tukang ngardus, Jaemin ini anaknya cerewet minta ampun dia juga clingy banget ke Jeno sama Haechan. Kadang sikap clingy nya membuat keduanya risih, sampai rasanya ada keinginan untuk Jeno menendang Jaemin sampai ke saturnus. Tapi kalau itu benaran terjadi, mungkin Jeno dan Haechan akan menyesalinya seumur hidup. Karena mau dicari sampai ke ujung dunia pun mereka nggak akan pernah menemukan kembali sosok seperti Jaemin ini.

Haechan berjalan lebih dahulu. Meninggalkan Jaemin yang masih setia tebar pesona pada para siswi yang menurutnya seperti tante-tante itu. Bokongnya ia dudukkan di salah satu kursi paling pojok. Entah apa alasan pastinya, tapi dari desas-desus gosip di SMA Gemintang tempat itu paling cocok untuk merokok. Karena tempatnya yang memang sedikit jauh dari keramaian dan tak tersentuh membuat mereka leluasa melakukan aksi itu disana.

"Sepet amat, ngapa lo?"

Jeno sengaja menggoda Haechan. Wajahnya itu loh, mood banget kalau kata Jeno mah.

"Kesel gue, orang yang gue suka malah gak suka gue balik." Ujar Haechan lemah. Kepalanya ia tundukkan di meja kantin. Sibuk meratapi kisah cintanya yang miris banget.

Bukannya iba, Jeno justru tertawa. Membuat Haechan kesal di buatnya. Temennya sedih malah di ketawain. Sahabat kampret emang.

Haechan mendelik. "Gimana lo sama, Darrel?"

Sejurus kemudian Jeno terdiam.

"Gimana apanya?" Serobot Jaemin cepat.

Haechan memutar bola matanya malas. Jaemin di depannya malah memasang wajah serius.

"Serius gue tanya, gimana apanya? Emang lo punya hubungan sama, Darrel?" Mata Jaemin bergulir pada Jeno yang kini hanya diam memperhatikan.

"Kepo lo!" Haechan mendorong kepala Jaemin yang semakin mendekat ke arah Jeno. Bukan apa, jarak wajah mereka tadi sangat krisis, takut ada yang beranggapan yang tidak-tidak.

Membuang nafas tak suka, Jaemin mengalihkan kembali pandangannya pada Jeno. Lelaki itu hari ini sedikit pendiam. Seperti tengah memikirkan sesuatu. Jeno memang bersikap seperti biasanya, namun dari gerak-geriknya Jaemin yakin kalau ada yang lelaki bongsor itu sembunyikan.

Mata Jaemin mengitari seisi kantin yang masih sepi pengunjung. Wajar ini masih terlalu pagi untuk pergi ke kantin. Pun mereka juga kini sedang berada di kursi paling pojok.

"Anjir masih sepi bangettt... gak bisa selebrasi dong..." lirih Jaemin sedih.

"Goblok."

Keduanya sontak menoleh pada Haechan dengan tatapan berbeda. Yang di tatap mana perduli. Haechan malah tetap menyedot benda bernikotin itu tanpa memperdulikan Jaemin yang menatapnya dengan pandangan menyakitkan.

Dengan begitu saja Jeno tertawa terbahak-bahak. Tangannya mengelus pundak Jaemin. "Lo mah aneh, selebrasi di kan—"

"Sejak kapan?"

Jeno merapatkan bibirnya. Netra tajam Jaemin menatap Haechan sengit. Dengan santai Haechan menghembuskan asap rokoknya di hadapan Jaemin sehingga Jaemin reflek menutup matanya.

"Apa?" Haechan sendiri pun tidak bodoh kalau kalimat itu ditujukan untuknya.

Maka dari itu ia sodorkan benda yang diapit di kedua jarinya itu ke depan Jaemin. "Ini?"

FATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang