21. Masih tentang 'olimpiade'

256 13 0
                                    

Jaehyun diam memandangi Jeno yang sedang tertidur di kasurnya. Tatapannya kosong. Di sampingnya ada Wendy yang sama diamnya seperti dia.

"Aksel—"

"Kalo lo mau bahas tentang hubungan, gue mohon nanti aja."

Wendy semakin membisu saat melihat Jaehyun yang bangkit dari duduknya. Berjalan melewati dia menuju sebuah meja belajar yang berada di sudut ruangan.

Cowok itu terlihat fokus dengan leptop di depannya. Sesekali ia mengerang karena luka yang dia miliki di kepala belakang. Lukanya sudah di obati Wendy tadi sesaat setelah Jeno di baringkan di tempat tidur.

Wendy merupakan seorang kepala apoteker di klinik miliknya yang terletak tak jauh dari tempat Doyoung di rawat. Umurnya hanya selisih tiga tahun lebih tua daripada Jaehyun. Awal pertemuan mereka hanya sebatas pasien dan dokter. Saat itu Jaehyun terluka dan Wendy yang mengobati, siapa sangka dari pertemuan tak di sengaja itu membuat mereka jadi sering bertemu lagi dan lagi sampai akhirnya Jaehyun memilih Wendy sebagai kekasihnya.

"Aksel, udah dulu kerjanya kepala kamu sakit, kan?" Melihat Jaehyun mengangguk sambil meringis membuat Wendy tersenyum miris.

"Yaudah, stop dulu kerjanya. Minta ke orang yang kamu percaya buat selesain ini sementara. Kamu harus banyak istirahat, jangan kecapean. Nanti ujung-ujungnya kamu yang sakit." Kata Wendy sambil berjalan mendekati Jaehyun yang sedang terduduk lalu memeluknya.

Kepala Jaehyun Wendy elus pelan, menghantarkan rasa nyaman yang menghangatkan hati. Akan sangat bodoh bagi Jaehyun jika memilih meninggalkan Wendy demi orang lain.

"Nangis aja, laki-laki juga boleh nangis kok." Ujar Wendy lembut sambil membingkai kepala Jaehyun.

Di detik selanjutnya Jaehyun benaran mengeluarkan air matanya. Jaehyun semakin memeluk Wendy, menenggelamkan kepalanya pada perut rata milik kekasihnya.

"Capek."

"Iya, istirahat dulu makanya."

---

Walaupun tampangnya sangar kayak preman pasar. Siapa tahu, gini-gini Jeno itu orangnya paling anti sama yang namanya kucing. Hewan yang di gadang-gadang menggemaskan itu benar-benar bisa membuat Jeno menangis di tempat saking takutnya.

Seperti siang ini. Saat Jeno terbangun dari tidurnya, ia dikejutkan oleh bola bulu berwarna putih yang mendusal-dusal di kakinya. Minggu yang ia harap akan tenang dan menyenangkan seketika sirna begitu saja hanya karena kehadiran kucing berwarna putih di apartemen abangnya.

"Abaaaaaaaang!! Itu kucingnya bawa keluar!!!!" Teriak Jeno keras dari atas kasur.

Sang abang bukannya membantu, dia malah asyik tertawa sampai tergugu di lantai. Bahkan saking kuatnya ia tertawa cekungan di kedua belah pipinya juga semakin dalam.

"Anjing!" Umpat Jeno saat buntut kucing itu menyentuh betisnya.

Mendengar itu Jaehyun semakin mengeraskan tawanya. Bahkan air matanya sampai keluar karena ia terlaku banyak tertawa.

"Jovan.. Jovan.. itu tuh kucing. Bukan anjing!" Setelah berucap demikian Jahyun kembali tergelak sehingga membuat Jeno jengah sendiri dengan kelakuan abangnya.

Adiknya tersiksa, dia malah asik ketawa. Dasar abang laknat!

Dalam hati Jeno berusaha menahan umpatan sayang yang di persembahkan untuk abangnya.

Jaehyun masih tertawa, namun tidak sekeras tadi. Air di ujung matanya ia usap. Gak papa lah dia keliatan laknat di sini, hitung-hitung hiburan. Wajah Jeno di atas kasurnya benar-benar menggemaskan, wajahnya ikut memerah seperti menahan tangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang