25 :: Hampir berakhir

1.5K 250 15
                                    


BRUKKHH!

CRAT!!

"YERI!!" 

Winter teriak histeris saat melihat leher Yeri yang di tusuk menggunakan pecahan guci hingga mengeluarkan banyak darah segar. Tubuh Yeri melemas tak berdaya jatuh di pangkuan Winter. Iya, Yeri ngelindungin tubuh Winter yang nyaris menjadi sasaran empuk ibu Kim.

Kelopak mata Winter memanas sambil ikut menahan darah di leher Yeri. "Yer, tahan, kamu gaboleh mati.. saya bakal panggil ambulans." katanya khawatir karena kini Yeri telah menitikkan air matanya. Senyum manis Yeri terbentuk menatap Winter.

"Win, gapapa gausah. Ini gua takdir gua. Sekarang gua cuma mau bilang, walaupun baru beberapa hari gua kenal sama lu, gua ngerasa beruntung. Lu cewek dingin berhati hangat yang pertama kali gua temuin. Biarin gua yang jadi tumbal terakhir ibu Kim, selamatin Karina, selamatin yang lain. Maafin gua kalo ada sal-----ah.." Mata Yeri terpejam dengan tubuh yang tak berdaya.

Winter menggeleng sambil menangis. "YER!! ENGGA! YERIII!!!" teriakannya di iringi dengan tangis sambil menggoyahkan tubuh gadis itu. Tak lama, Jaemin dan Jeno berlari keluar untuk melihat keadaan.

Keduanya lemas. Sangat lemas. Melihat lantai yang di banjiri dengan darah segar milik Yeri. "Yer.." Jaemin melangkah mendekat dengan tatapan tidak percaya.

"Win, Yeri kenapa??!" Jeno berlari menghampiri Yeri yang sudah tak bernyawa.

Winter tak bisa menjawab apapun selain suara tangis pilu. Rasanya sesak, rasanya juga marah melihat salah satu temannya menjadi korban. Iris mata Winter yang merah menatap ibu Kim tajam, wanita tua bangka tak berotak itu sedang duduk di atas sofa sambil menjilati sisa darah di pecahan gucinya. "Puas kamu?" tanya Winter dengan suara seraknya.

Ibu Kim tersenyum menatap Winter kemudian menggeleng. "Saya masih laper, saya mau..." mata ibu Kim menatap ke arah kamar yang dimana ada Ningning, giselle, Karina, Haechan, dan Renjun.

"Sekali lagi kamu nyentuh ujung rambut teman-teman saya, saya pastikan kamu mati dalam hitungan menit. Saya gapeduli Karina yang akan merasakannya atau berimbas pada sekolah." tatapan Winter benar-benar penuh amarah, terlihat seperti ada kobaran api di dalam sana.

"Jaem telepon ambulan." Pinta Jeno kemudian.

Jaemin mencari ponselnya di area saku, tapi gak ada. "Hp gua kemana." Raut wajahnya kebingungan kemudian iris matanya menoleh menatap Karina.

Gadis itu sedang mengangkat satu ponsel mahal berwarna hitam dengan seringaian lebar di bibirnya. "Selamat tinggal." Kata Karina yang matanya kembali berubah menjadi hitam penuh.

BLAMMM!!

Pintu kamar tertutup dengan sendirinya membuat Winter membelalak. "Biar Karina mengurus yang di dalam, dan saya mengurus yang disini." Ibu Kim berkata dengan santainya kemudian menarik kerah baju Jaemin kasar.

"WINTER!!!!" Ningning berteriak dari dalam kamar sangat melengking.

Bingung, Winter benar-benar bingung harus menolong yang mana dulu. "Kamu hadapin ibu Kim, biar aku yang ke kamar." Jeno lantas berlari menuju pintu kamar dan mencoba membukanya.

"Kalo gitu, saya bakal akhirin disini." Winter berdiri dengan separuh tubuhnya berlumuran darah. Iris mata Winter berubah menjadi biru menyala yang tak kunjung padam. Inilah Naevis yang sesungguhnya, Winter menyerahkan seluruh raganya agar di kendalikan penuh oleh Naevis.

Kaki Winter melangkah menghampiri ibu Kim. "Saya udah gamau ngeliat kamu ada di dunia ini lagi." Ucap Winter sebelum pada akhirnya mencekik leher ibu Kim dan menyeretnya kasar arah ruang tengah.

(✓)The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang