--
"Selama ini gua ngerasa benar-benar aneh. Sesekali gua ngerasa ada di dalam tubuh gua sendiri, tapi kadang juga gua ngerasa ada di satu ruangan gelap berbau menyan. Gua gasadar apa aja yang udah gua lakuin." Giselle berusaha menyampaikan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Keenam temannya itu mengangguk pelan. Kemudian Giselle membuka suara lagi. "Setiap kali gua ada di ruangan gelap itu, gua selalu ketemu sama cewek berlidah ular yang bilang kalo kita semua itu bakal mati. Dia juga bilang semua murid di sekolah ini udah di takdirkan menjadi tumbal." seketika tubuh mereka merinding mendengar cerita Giselle.
"Lu sering banget ngelakuin hal aneh, apa lu sadar, Sel?" Ningning memberanikan diri untuk bertanya. Soalnya dia masih penasaran sama kejadian malam itu di asrama; yang Giselle nawarin dia satu potong kepala manusia setengah habis.
Giselle mengangguk. "Gua sadar tapi gua gabisa ngelakuin apapun selain teriak minta tolong. Badan gua kayak di iket sama tali yang panas sampe gabisa gerak." Tangan Giselle mengusap kedua lengannya sendiri karena bergidik ngeri.
"K-kalo yang kepala itu....."
"Gua sadar, Ning. Gua teriak ke lu buat minta tolong, tapi lu malah diem ketakutan." Giselle menatap Ningning sendu.
"Teriak? Gua gak denger sama sekali, Sel. Yang ada lu malah nawarin kepala manusia setengah habis ke gua sambil bilang kalo itu tuh enak."
"UHUK!!" Haechan tersedak siomay-nya. Tiba-tiba perut dia mual setelah mendengar kalimat dari Ningning.
"Lu yang bener aja, gua lagi makan nih." Protes Haechan kemudian.Ningning terkekeh pelan, "Sorry, gasengaja."
"Saya lupa apa istilahnya, tapi intinya itu badan Giselle berhasil di kendalikan penuh. Jiwa yang asli emang ada di dalam tubuh, tapi ada satu jiwa lagi yang lebih berkuasa. Jiwa itu adalah jiwa kedua dari ibu Kim." Winter menyahut setelah tangannya selesai di obati oleh Jeno.
Mereka semua membelalakan matanya kaget. "Jiwa ibu Kim?" beo Jaemin bingung.
Winter mengangguk. "Ibu Kim udah terlalu menyatu dengan ilmu hitam, maka dari itu jiwanya terbelah jadi dua. Normal, dan hitam."
"I-ibu Kim? Kepala sekolah kita kan?" Giselle masih kebingungan. Ya gimana engga, dia ketinggalan info banyak banget.
"Iya, Sel. Dia dalang dari semua ini." Jeno ikut nimbrung seraya membereskan sampah bekas plaster luka Winter.
Giselle menghela nafasnya gusar sambil berdoa di dalam hati. "Gua gatau gimana ceritanya, tapi yang penting gua berterima kasih banget sama Winter. Kalo gada lu mungkin gua udah mati."
"Jangan ngomong gitu!" Ningning memukul lengan Giselle kemudian memeluknya. "Gua takut banget tau gak, nanti gada temen ngegibah lagi."
"Tenang, gua udah gapapa kok, Ning." Giselle tersenyum tipis kemudian melepas pelukannya. "Oh iya, Karina kemana?"
Pertanyaan itu membuat suasana menjadi hening. Tidak ada yang berani menjawab apalagi menjelaskan.
"Dia jaga jarak sama kita." Haechan menyahut tidak jelas. Soalnya bingung mau ngejelasin darimana biar Giselle paham.
"Dia jaga jarak sama kita setelah ketahuan." Winter menambahkan, tapi Giselle masih gak ngerti.
"Maksudnya? Ketahuan ngapain? Nyibet duit bendahara?"
Dengusan pelan Winter keluarkan, "Ketahuan kalo dia adalah salah satu dari dalangnya."
"H-HA?!"
Pantes aja muka makhluk itu berubah jadi wajah Karina juga, batin Giselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓)The Cursed
Horror❝Bisa melihat apa yang seharusnya tidak di lihat, bisa mendengar apa yang seharusnya tidak di dengar, dan bisa melakukan apa yang tidak bisa di lakukan oleh orang normal. Itu semua, adalah definisi dari seorang gadis bernama Winter yang lahir tepat...