14 :: Siapa?

1.7K 302 36
                                    

--

"Beneran udah gapapa? Gamau pulang ke asrama aja? Gua takut lu kenapa-napa lagi, Win." Jeno terus menatap Winter yang berjalan di sebelahnya dengan perasaan khawatir.

Wajah gadis itu masih sedikit pucat dan berkeringat, jadi kurang meyakinkan untuk membiarkannya kembali ke kelas. "Win, balik ke UKS aja deh kalo gamau ke asrama." Jeno buka suara lagi karena kepalang cemas.

Sekali dalam seumur hidup, baru kali ini Jeno melihat Winter tersenyum lebar padanya. "Saya udah gapapa, Jeno." Eh buset, Jeno dag dig dug ser lah. Manis banget senyumnya, kenapa gak dari dulu aja Winter sering-sering senyum begini?

Jadi makin cinte kan.

"I-iyaudah kalo emang gapapa. Tapi nanti kalo masih sakit langsung bilang ya ke gua. Awas aja kalo di tahan-tahan." Alis Jeno sedikit menukik biar Winter takut. Tapi salah orang, Winter mana takut sama Jeno. ibu Kim yang notabenya titisan iblis aja di lawan sama dia.

"Iya saya pasti bil---"

"Kenapa pake bahasa saya terus? kenapa gak aku kamu aja?" potong Jeno protes sambil menghentikan langkahnya.

Lagi dan lagi Winter ketawa pelan natap Jeno. "Kamu itu kenapa hobi maksa saya sih?" 

"Ya soalnya gua suka sama lu, gua sayang sama lu, gua juga serius sama lu, Winteerererererrr." Suara Jeno berat namun lantang membuat Winter terdiam sesaat.

Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat ketika beradu tatap dengan Jeno.

Tangan Jeno terulur mengusap kepala Winter. "Denger baik-baik, gua gak pernah minta lu buat nerima gua sekarang. Tapi lu harus inget satu hal, gua bakal terus pertahanin perasaan gua." Muka Winter udah merah, dia gatau mau jawab apaan anjay.

"Jangan peduliin Karina. Perasaan kita ya jadi urusan kita, bukan orang lain." Jeno mensejajarkan wajahnya dengan Winter. Kemudian berkata..

"Gemesnya punya gua." udah kedua kalinya Jeno mencubit pipi tembem Winter sambil tersenyum manis.

**

Sore ini, tepatnya pada jam istirahat kedua Giselle melangkah masuk kedalam toilet wanita. Sejujurnya masih ada sedikit trauma sih untuk masuk kedalam toilet seorang diri, tapi Giselle langsung mengubur ketakutannya dalam-dalam.

Ya pikir aja, kalo dia terus ngikutin traumanya itu, masa setiap hari kudu pake popok bayi? Kan galucu.

Kleck!

Giselle melangkah keluar dari toilet menuju wastafle. Beberapa detik setelah dia membasuh tangannya, ada seorang wanita berambut panjang berdiri di ambang pintu masuk dengan tatapan tajam.

"Karina?" Giselle memanggil gadis itu yang masih berdiri tanpa mengeluarkan suara apapun. Agak takut sih apalagi teringat sama omongan Winter kemarin.

Karina melangkah maju menghampiri Giselle dengan mata yang sepenuhnya berubah menjadi hitam. Gila, Giselle gabisa ngapa-ngapain selain mundur dengan tubuh yang mulai bergetar takut.

"Kar? Lo kenapa?" Giselle mencoba untuk berinteraksi lagi, tapi tak kunjung mendapat jawaban.

Giselle hendak kabur tapi rambut panjangnya berhasil Karina tarik hingga memekik tertahan. "AKH!" tangan Giselle menahan tangan Karina sambil sedikit meronta.

"Lo harusnya udah mati, Sel. Tapi kenapa lo masih hidup dengan tenang disini?" Karina buka suara sambil tersenyum lebar. Giginya berubah menjadi runcing, dan kukunya memanjang tajam.

Air mata Giselle mulai mengembang, dia trauma banget sama situasi kayak gini. "Kar, lepasin gua plis!" Giselle masih berusaha meronta agar di lepaskan.

(✓)The CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang