--
"Bangsat! Cepet tolongin Jeno!!" Haechan menarik kasar kerah seragam Winter dengan mata melotot. "Kemarin lu mati-matian ngelindungin dia, tapi kenapa sekarang lu ngebiarin dia?!" suara Haechan naik beberapa oktaf karena terlampau emosi melonjak.
Winter tak bergeming, dia masih diam menatap mata Haechan yang mulai memanas. Tersirat banyak kenangan disana, walaupun Haechan dan Jeno seringkali berdebat karena hal kecil, tapi mereka saling menyayangi satu sama lain sebagai seorang sahabat. "Dia yang memilih untuk mengabaikan saya, jadi ini bukan urusan saya." sahut Winter kemudian.
Haechan memejamkan matanya sesaat untuk menetralkan emosi, "Lu tau gak? Jeno itu beneran sayang sama lu! dia gamau dengerin lu bukan karena dia gapeduli, tapi dia benci kalo ngebahas soal orang tuanya! Ngertiin, jangan jadi cewek berhati dingin kayak gini!! Jeno sayang sama LU, WINTER!" kali ini Haechan tidak menarik kerah Winter, melainkan memegang tangan wanita itu penuh permohonan.
Merasa tak tega, Winter lantas menghela nafasnya gusar. Baiklah, kali ini dia akan memaafkan Jeno. Kaki Jenjangnya melangkah menghampiri tubuh Jeno yang sudah meringkuk lemah di lantai. "Kamu bantu saya usir hantunya." Titah Winter pada Jaemin yang memangku kepala Jeno di atas pahanya.
Jaemin mengangguk walaupun sedikit ragu.
Tangan Winter memegang kening Jeno sambil memejamkan matanya bareng Jaemin. Sesaat kemudian, Jeno membuka matanya perlahan-lahan. "Win..." panggilnya lemah.
"Hm." Winter menjawabnya dengan dehaman singkat kemudian beranjak, "Kamu bawa Jeno istirahat aja ke asrama. Awasin dia dari Giselle dan juga Ningning. Malam ini saya juga bakal berjaga." Ekspresi wajah Winter serius. Dia mengatakan hal itu hanya kepada Haechan, Jaemin, Renjun, dan Karina.
Mereka semua mengangguk mengerti sebelum pada akhirnya membawa Jeno ke asrama, sedangkan Ningning di bawa ke UKS untuk di obati keningnya.
"Saya mau bicara sama kamu." Winter menarik pergelangan tangan Karina ketika gadis itu hendak menyusul Jeno.
**
"Saya butuh kejujuran dari kamu, kalo emang benar kamu yang memelihara makhluk itu, tolong hentikan." Winter membuka suaranya di taman belakang sekolah.
Karina menautkan kedua alisnya bingung, "Makhluk apa? Maksud lu apaan sih?" raut wajahnya terlihat sangat bingung menatap Winter.
Jari telunjuk Winter menunjuk ke arah gumpalan asap hitam yang sedari tadi mengikuti Karina. "Kamu bisa lihat dia kan? daritadi dia ngikutin kamu terus. Kenapa kamu tega sama temen kamu sendiri, Kar?"
"Hah? lihat apaan? Gua gak bisa liat apa-apa, gua gak ngerti maksud lu. Udah ah, gua mau samperin Jeno." Karina hendak melangkah pergi, tapi lagi dan lagi tangannya di tarik oleh Winter. Kali ini terasa lebih kasar.
Tatapan mata Winter sangat tajam, "Kamu berpura-pura bodoh di depan orang yang salah, Kar. Saya bisa lihat semuanya. Saya bahkan kena imbasnya setiap nolong orang lain." Winter menunjukkan kakinya yang masih di penuhi dengan luka lebam. Bahkan bertambah banyak.
Jika di perhatikan, luka lebam itu bertambah setiap Winter menolong murid yang kerasukan di sekolah ini.
"Itu resiko lu, dan gua gapeduli. Kalo gamau kenapa-napa mending lu gausah ikut campur, dan jangan pernah deketin Jeno lagi!" sahut Karina dengan senyuman miring.
Benar, ternyata kecurigaan Winter selama ini benar. "Kalo kamu sayang sama Jeno, kamu jangan ngelakuin hal mengerikan ini sama dia. Jeno gada salah apapun, Jeno juga gak tau permasalahan orang tuanya sama orang tua kamu."
Karina ketawa pelan sambil sedikit mengibas rambut panjangnya, "Dari kecil, Jeno itu udah di kasih buat gua. Dia di lahirin buat gua."
"Saya bakal matahin kepedean kamu yang tingkat mythical itu, Jeno ngalamin hal ini karena orang tuanya, bukan karena dirinya sendiri. Jadi dia pantes buat di selamatin." Winter gamau kalah, dia benar-benar benci dengan Karina mulai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓)The Cursed
Horor❝Bisa melihat apa yang seharusnya tidak di lihat, bisa mendengar apa yang seharusnya tidak di dengar, dan bisa melakukan apa yang tidak bisa di lakukan oleh orang normal. Itu semua, adalah definisi dari seorang gadis bernama Winter yang lahir tepat...