0017

286 42 5
                                    

Jujur saja, Yeonjun bukanlah tipikal orang yang mudah menaruh kepercayaan nya pada orang lain, terlebih lagi seseorang dengan kepribadian yang sungguh frontal seperti Yoongi. Meski demikian keputusan nya sudah bulat, bergerak mundur hanya akan memperparah keadaan dan anggapan awal saat ia pikir diri nya mungkin saja akan di sekap dapat nyata terjadi dan pemikiran itu bukanlah hal terburuk yang akan terjadi padanya. Inti nya saat ini ia harus bersikap supel dan bersabar, melihat langkah tak terprediksi apa yang akan dilakukan Yoongi.

"Tidak perlu kaku seperti itu, tidak ingat kah kau momen saat kita pernah mandi bersama dulu?" ujarnya berniat menggoda Yeonjun sekilas.

"I was 10. And i remember clearly how small ur dick back then." celetuk Yeonjun sarkas menggelitik ringan perut pria Min itu, nampak nya ia sangat terhibur melihat bagaimana Yeonjun tak habis habis menghujami nya dengan bermacam jenis olokan. Benar benar tidak berubah, benaknya.

"Lalu bagaimana dengan mu? Pecandu nikotin?"

Iris Yeonjun melebar singkat, "Aku bahkan tidak ingin bertanya dari mana kau mendapatkan informasi itu." Yoongi bukanlah seorang pria biasa, bahkan sangat mungkin bagi nya untuk disebut luar biasa. Ia memiliki peran besar dalam dunia politik, meski demikian pria gila ini tidak takut mengambil resiko penuh atas apa yang diyakini nya, pria ini memiliki kepala yang 'berisi', bergerak dengan cepat namun tepat. Salah satu alasan pula mengapa Yeonjun tidak ingin segelintir pun berurusan apa lagi memiliki ikatan dengan nya.

"Nampak nya tidak. Kau terlihat jauh lebih hidup dibandingkan beberapa tahun belakangan." sambung nya diiringi kekehan renyah.

"Dan nampak nya itu bukan urusan mu." suara bariton ketus terlontar dari bilah bibir pria bersurai gelap itu jelas menghindari topik pembicaraan yang menyangkut privasi nya. Terdengar seperti perbincangan santai, meski demikian Yeonjun harus jeli memilah kata yang perlu dan tidak perlu ia kemukakan.

Percakapan yang tak ditilik oleh pria Choi itu nampak nya memakan waktu yang cukup lama, mobil mewah itu berhenti tepat di hadapan sebuah lumbung terbengkalai yang tentunya jauh dari perkotaan. Terdapat beberapa penjaga berawak kekar mengawal tepat di depan pintu.

"Kau yakin ini bukan rencana pembunuhan?" gurau Yeonjun sarkas, meski terdengar demikian ia cukup serius dengan pertanyaan nya, tidak ada yang tahu apakah ia akan pulang hidup hidup dengan posisi nya yang kalah jumlah dan dikucilkan ini.

Hendak membuka pintu mobil, pria yang ditanyai itu menoleh seraya tersenyum tipis, "Jika pun iya, apa kau yakin bisa lolos dari sini hidup hidup?"

"Kau tahu jelas siapa aku Min Yoongi." kalimat yang dipenuhi penekanan disetiap kata nya tanpa diiringi keraguan, Yoongi sangat suka ambisi mutlak yang dimiliki kenalan lama nya itu.

Kedua jaka dengan baya yang terbilang jauh itu berjalan beriringan, dengan tingkat kewaspadaan yang tak kunjung membenam. Terutama si perjaka dengan surai gelap nya, "Hati hati, tubuh yang tegang dapat memicu ketegangan yang lainnya."

Yeonjun menyentuh pelipis nya seraya memijat pelan sekedar menghilangkan pening yang menggerayangi kepala nya, "For the sake of God, can't you just stop talking nonsense, i'm sick of it," bersumpah serapah yang menandakan ia sudah mulai muak, lebih tepat nya sejak awal kedua iris mereka saling berkontakan.

Lumbung dengan pencahayaan yang sangat minim itu dibuka, nampak nya sudah ditinggalkan beberapa dekade lampau. Memang tempat yang cukup tidak masuk akal dan diluar nalar orang normal, namun bagi sebagian besar para kriminal terutama mafia yang hendak mengoperasikan perdagangan atau organisasi gelap dengan pihak lain dan bahkan hubungan gelap sekalipun, tempat semacam ini merupakan pilihan ter aman yang dapat diambil.

Tepat sesaat setelah kedua kaki jenjang itu menapak pada tumpukan jerami kering, lumbung yang awalnya gelita itu pun seketika dicahayai oleh beberapa lampu sorot. Lampu itu tak menyorot mereka berdua, namun sebuah kotak peti cukup besar. Kedua iris kristal Yeonjun menyipit, tak yakin dengan ide yang terlintas dikepala nya.

"Biarkan aku memperkenalkan mu pada proyek besar ku ini, yang telah ku rencanakan selama beberapa tahun belakangan." jaka itu sungguh tak dapat menyembunyikan senyum bengis nya, pada kala itu pula terukir dalam benak Yeonjun bahwa keputusan nya untuk ikut kesini adalah kesalahan fatal.

"Apa semua itu bahan peledak?"

"Excatly! Aku mengajak mu untuk bekerja sama kali ini karena aku juga memiliki dendam pribadi terhadap ayah mu. Well, singkat cerita setelah kau kabur, ayah mu mengkhianatiku dan aku hampir rugi triliunan dan kau tahu apa, pada masa paling terpuruk ku itu, ia tersenyum." pria Min itu melontarkan tawa sarkas menggelegar.

"HE WAS FUCKING SMILLING AT ME." seruan lantang yang menggema itu memompa degup jantung Yeonjun. Balas dendam, perangai paling keji dan bejat dari seorang manusia. Balas dendam akan menciptakan balas dendam yang jauh lebih kejam, sisi kelam dan mengerikan yang ada dalam diri tiap tiap manusia. Perasaan seakan ingin merobek dan mencabik wajah seseorang yang dibenci nya, seolah berada dalam sebuah rantai makanan, yang lebih kuat akan memakan yang lebih lemah dan akan terus begitu.

"Aku cukup yakin, kau juga memiliki keinginan untuk menghabisi bajingan itu bukan Choi Yeonjun?" ia menyeringai.

tbc.

Notes :

Halo halo halo!!! Apa kabar kalian semua, hiatus yang lumayan lama bukan? WAHAHAHHAHAHH, pertama tama aku mau ngucapin selamat natal dan tahun baru untuk kalian semua ya. Dan aku kembali! hehehe maaf untuk penantian panjang nya, aku harap kalian masih nungguin book ini, kalaupun engga its alright, aku merasa nostalgia dan terhibur setelah ngelanjutin cerita ini. and hope u guys like it!!

see yaaaaa~~~

Criminal || YeonKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang