Tiga

17 6 0
                                    

𝙿𝚎𝚗𝚊𝚐𝚒𝚑 𝙷𝚞𝚝𝚊𝚗𝚐, 𝙿𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗𝚐𝚐𝚞

»»--⍟--««

Sayup-sayup suara orang tengah bercakapan masuk ke indera pendegaran Sanjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayup-sayup suara orang tengah bercakapan masuk ke indera pendegaran Sanjaya. Lelaki itu mengerjapkan matanya, ternyata pagi sudah datang. Dia duduk di tepian ranjangnya, menyisir rambutnya dengan tangan lalu pergi keluar kamar.

Suara itu kian terdengar jelas setelah Sanjaya keluar dari kamarnya. Pagi-pagi seperti ini, rumah keluarga Danu sudah ramai saja.

"Di kamar Mas Danu ada temannya, nanti kamu ketuk dulu pintunya," ujar seorang wanita paruh baya pada seorang gadis yang tengah berdiri di depan pintu masuk.

"Loh, sudah bangun?" Sanjaya menganggukkan kepala menanggapi sapaan Gayatri-ibu Danu. Matanya melirik sekilas pada gadis itu.

Sanjaya tau dengan jelas siapa dia. Sendal jepit putus, gadis itu pemiliknya. Pagi-pagi seperti ini memang cocok untuk menganggunya.

Sebelum itu Sanjaya menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Sedangkan Nandini, gadis itu sudah masuk ke dalam rumah.

Inilah pekerjaan Nandini. Membantu ibu-ibu rumah tangga yang sibuk. Upahnya memang tidak seberapa, tapi untuk rumah Bu Gayatri ini Nandini mendapat upah yang cukup untuk hidupnya. Sayangnya Bu Gayatri tidak memperkejakan dirinya setiap hari.

Nandini masuk ke dalam dapur. Bumbu-bumbu dan bahan masak sudah tersedia lengkap di dapur Gayatri. Dengan kepiawaiannya memasak, Nandini mengolah bahan-bahan itu menjadi makanan lezat.

"Hmm." Suara deheman membuat Nandini menoleh.

Tubuh Nandini bagai tersetrum. Kagetnya bukan main mendapati Sanjaya yang berdiri di pinggiran pintu sembari bersilang dada menatapnya.

"Kenapa kamu bisa di sini?" Mata Nandini melotot lebar hampir seperti mau lepas dari tempatnya.

"Kamu sendiri kenapa di sini? Mau bayar hutang?" Sanjaya menaikkan kedua alisnya.

"Memangnya aku punya hutang kepadamu?" Alisnya bertaut marah. Mimiknya menandakan siap berperang dengan sosok bernama Sanjaya.

Namun, lelaki bernama Sanjaya itu sama sekali tidak merasakan hawa permusuhan dari Nandini. Malah lelaki itu tersenyum padahal tak ada yang lucu di sana.

"Bahkan belum sepeserpun kamu bayar," ucap Sanjaya diakhiri dengan tawa kecilnya.

Nandini memutar bola mata jengah. Entah hutang apa yang Sanjaya maksudkan. Kenapa lelaki itu tidak menagihnya secara langsung? Malahan dia mengatakan kalimat-kalimat yang sulit Nandini cerna.

"Bukannya kemarin aku sudah bilang? Aku tidak punya uang sepeserpun," sentak Nandini. Lelaki di hadapannya ini malah menganggu kegiatan memasaknya.

Tanpa aba-aba sebuah tangan kekar menyentuh tangan mungil milik Nandini. "Jangan memotong seperti itu, kamu bisa terluka." Tangan Sanjaya lah yang menghentikan kegiatan Nandini.

ARUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang