Nandini, gadis yang berjalan di pantai sambil menggerutu. Sandal japit putusnya yang tak sengaja terlempar mengenai kepala seorang lelaki tampan. Ketidaksengajaan membawa Nandini ke dalam skenario kehidupan yang baru.
Sanjaya Adi Prasaja, lelaki yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
»»--⍟--««
Matahari saja baru muncul, tapi Nandini sudah bersama dengan beberapa bak pakaian kotor. Tanpa mesin cuci, Nandini membasuh pakaian kotor itu dengan tenaganya sendiri. Karena itu tangan gadis berusia 18 tahun itu tidak selembut perempuan pada umumnya. Tangannya kasar sebab terus bertemu dengan kerasnya deterjen.
Memang berat kalau dibandingkan dengan bayarannya yang tak seberapa itu. Namun, tak apa, Nandini menjalani ini dengan ikhlas. Daripada tambah membebani simboknya dan dia langsung dinikahkan dengan Karso. Nandini menjadi ngeri membayangkan itu.
Kegiatan mencuci Nandini tidak mungkin selesai dalam waktu satu jam. Punggungnya terasa kaku terlalu lama menunduk menyikat cucian. Ingin rasanya Nandini keluar dari situasi ini. Namun apalah daya, gadis tidak berpendidikan memang bisa jadi apa.
Nandini meregangkan otot-ototnya yang terasa nyeri. Kemudian berdiri membawa ember-ember besar berisi pakaian basah. Jangan ditanya beratnya seperti apa. Itu seperti mengangkat satu karung beras.
Lahan luas yang dipasangi kayu dan tali oleh bapak Nandini. Menjadi tempat menjemur paling tepat, terutama tempat ini sedikit jauh dari pantai. Namun tetap sama, tempat ini sangat panas.
"Aduh!" pekik seseorang kala Nandini mengibaskan pakaian basah yang hendak ia jemur. Dirinya pun terlonjak kaget karena orang itu.
Nandini langsung memutar bola mata jengah setelah tau siapa lelaki di hadapannya ini. Sanjaya Adi Prasaja, mengapa bisa lelaki itu ada di dekat rumahnya sepagi ini? Apa seorang Sanjaya sebenarnya adalah penguntit. Entahlah, Nandini tidak peduli.
"Kamu tidak penasaran bagaimana aku bisa di sini?" tanyanya sembari menaikkan kedua alisnya.
"Untuk apa? Tidak ada untungnya aku tau," sarkas Nandini.
Sanjaya tidak berkata-kata lagi. Hanya mengangguk dan seperti biasa memandangi Nandini yang tengah sibuk.
"Kamu tidak lelah?" Pertanyaan itu sangat tidak bermutu bagi Nandini. Mana ada manusia yang tidak lelah menjemur pakaian tiada habisnya seperti ini. Apalagi sekarang matahari sudah bersinar semakin terik.
"Menurutmu?" ketus Nandini dengan wajah datarnya.
Niat awal Sanjaya memang bertanya baik-baik. Mendengar jawaban ketus daru Nandini, kini Sanjaya tau kalau itu benar-benar melelahkan.
Nandini terlonjak kaget, tatkala tangannya merasakan sesuatu yang aneh. Ternyata tangan Sanjaya, entahlah apa yang akan lelaki itu lakukan. Nandini hanya mengamatinya sesaat, Sanjaya membantunya menjemur cucian itu. Nandini mengernyit heran sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.
Tidak terlalu peduli, Nandini bersyukur ada yang membantu pekerjaannya. Meski dia tidak tau Sanjaya akan serius membantunya atau tidak.
"Terimakasih," ujar Nandini ketika pekerjaannya telah usai.