" Padahal tak seperti itu ukuran kebahagiaan bagi seseorang. Bukan seperti itu cara memastikan manusia untuk baik-baik saja. "*
*
*
*
*
*Waktu selalu melesat begitu cepat. Membuat remaja terkadang tak cukup sadar bahwa telah bertumbuh dewasa hingga mulai bertemu dengan berbagai banyak hal pahit yang terjadi didalam hidup. Perasaan tertikam sesak karena tersakiti, perasaan tersungkur terluka karena kehilangan, dan perasaan gugur karena kegagalan, cepat atau lambat semua pasti akan terjadi seraya berjalannya proses dalam hidup.
Walaupun kita sendiri tidak tahu pasti kapan hari buruk itu akan tiba untuk menemui dan memukul hidup yang kita jalani.
Karena nyatanya tumbuh menjadi dewasa itu tidak seeenak itu. Menyebalkan sekali rasanya ketika tahu bahwa dewasa tak selalu berakhir sama dengan apa yang ada didalam bayangan ketika masa kanak-kanak.
" Chika! Jangan sekarang, Mamih sibuk hari ini."
" Next time ya Chik! Cici ada syuting. "
" Chika.. Bangun! "
Chika memejamkan kedua mata cokelatnya. Mencoba untuk mencari ketenangan didalam tubuhnya. Samar-samar terdengar sebuah suara dengungan yang tak sengaja terputar didalam ingatannya. Membuat Chika lagi-lagi dibuat ingat pada kejadian yang tak disukai olehnya.
" Yessica? "
Chika tersadar dari lamunannya saat mendengar namanya baru saja terpanggil. Dia membuka matanya dan dikejuti oleh wajah seorang gadis yang ada tepat persis didepan mukanya.
" Astaga! " Chika kaget seraya mengelus dadanya.
Sementara gadis yang mengejuti Chika, ia cuma terkekeh seraya tangannya turut menggaruk tengkuk lehernya. Namun ia tak menyingkirkan ekspresi wajah ramahnya itu.
" Kaget ya? Maaf-maaf. " Sahutnya mengulas senyumnya lebar.
Chika hanya memutar bola matanya tak peduli.
" Ngapain disini, Yessica? " Tanya gadis itu ikut duduk disebelah Chika.
Chika mengerutkan dahinya bingung. Bagaimana gadis asing ini bisa mengetahui namanya? Padahal mereka kan tidak saling mengenal satu sama lain. Chika pun juga merasa bahwa ia tidak pernah bertemu dengan gadis ini sebelumnya.
" Dari mana kamu tahu nama saya? " Tanya Chika dingin. Dia memperhatikan gadis yang ada disampingnya lebih detail, pakaian yang dikenakan oleh gadis itu sama dengan baju Chika. Sepertinya ia juga adalah seorang pasien dirumah sakit ini.
Gadis itu menoleh kepala Chika, " Kenapa milih duduk sendiri dirooftop? Apa gak dingin? " Dia malah berbalik tanya pada Chika.
Chika mengalihkan wajahnya sedikit kesal karena pertanyaanya diabaikan. Apa maksud terselubung gadis asing itu? Apa dia sedang mengajaknya untuk bercanda? Atau gadis ini benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya? Sampai obrolan ini jadi tak nyambung.
Merasa waktunya akan terbuang sia-sia bila harus meladeni gadis asing itu Chika pun memilih bangkit dari duduknya, berniat hendak untuk pergi. Namun sebelum resmi meninggalkan rooftop, kalimat spontan dari gadis itu membuat Chika menghentikkan langkahnya.
" Kamu berniat buat lompat? "
Chika lagi-lagi mengernyitkan dahinya. Dia kembali membalikkan tubuhnya dan menatap gadis sok tahu itu. Dia masih berada ditempatnya memandang Chika dengan tatapan penasaran.
" Excuse me? " Chika mengangkat kedua alisnya tersinggung.
" Kamu ke rooftop buat apa? Nggak berniat buat lompat kan? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Zahra
FanfictionLight is easy to love. Show me your darkness. Sebuah perjalanan yang menemukan dua manusia dengan isi kepala yang berbeda, akan tetapi lewat pertemuan itu rupanya dapat mengubah banyak hal dalam hidup mereka. " Can we always be this close, forever...