" Setiap manusia itu tak berhak mendapatkan penilaian mutlak hanya untuk satu cerita dalam hidupnya. "
*
*
*
*
*Sebuah perasaan tentram seolah mampu menenggelamkan Ara dalam lamunannya selama beberapa saat. Dia tengah memandangi Chika yang sedang tertidur dengan sorot matanya yang menghangat.
Ara hanya tak mampu menahan senyumnya. Bisa melihat Chika tertidur disebelahnya persis membuat dirinya senang bukan kepalang. Semua terasa tak nyata buatnya, membuat Ara lagi-lagi merasa bimbang untuk menebak keberadaannya sekarang.
Apakah ini adalah hal yang nyata atau hanya bagian dari bunga tidurnya.
" Cantik banget kesayangan Ara. " Celetuk Ara suaranya terdengar pelan, sengaja tak ingin sampai membangunkan Chika.
Ara masih tak dapat menyingkirkan pandangannya dari kesempurnaan wajah Chika. Dia merasa tak mau menyia-nyiakan waktu dimana ia akhirnya diberi kesempatan untuk menjelajahi setiap inci dari permukaan wajah mulus Chika. Dalam hatinya pun tentu sudah bersorak senang, sepertinya ia tak akan pernah bosan untuk selalu memuji dan mengagumi kecantikan Chika yang terlihat alami.
Bahkan pada saat kondisi apapun, Chika selalu berhasil membuat debaran jantung Ara terasa menggebu-gebu.
" Maaf Chika. "
Buat apa? Pertanyaan itu seketika melayang didalam kepala Chika. Ternyata, Chika mendengar seluruh perkataan Ara sejak tadi. Gadis itu rupanya belum tertidur, ia hanya memejamkan kedua matanya dan berpura-pura lelap agar Ara mengira dia juga sudah tertidur.
Memangnya siapa yang bisa tertidur nyenyak kalau terus dipandangi sampai segitunya? Chika hanya sedikit was-was kalau Ara nantinya akan melakukan sesuatu padanya. Makannya ia membiarkan dirinya tetap terjaga dalam keadaan terpejam.
Saat ini Ara memiringkan kepalanya, memandang Chika dengan tatapan dalam. Tangannya turut bergerak berniat untuk mengelus rambut Chika lembut, " Maaf. Maaf atas semua luka dan sakit yang kamu terima selama ini. "
Ara kenapa kamu yang minta maaf? Chika kembali bertanya-tanya dalam hatinya.
" Harus ada yang minta maaf karena udah buat kesayangan Ara sakit. "
Kemudian Ara mengulas senyum tipisnya. Matanya ternyata telah berkaca-kaca tak kuasa menahan sedihnya saat membayangkan seperti apa luka yang Chika dapatkan selama hidupnya. Karena entah mengapa, memikirkannya jadi membuat hati Ara ikut sakit.
" Biarin Ara yang minta maaf buat mewakilkan semua orang yang ikut serta dalam membuat luka dihati Chika. Jadi.. Chika gak perlu lagi repot-repot benci sama semua orang. "
Dada Chika kembali terasa bergemuruh hebat. Napasnya perlahan mulai mencekatnya. Tubuhnya pun turut sempat bergemetar sebelum akhirnya Chika dengan baik segera mengaturnya. Chika hanya tak dapat percaya, untuk kesekian kalinya gadis itu dibuat terkejut dengan ungkapan Ara.
Apa benar-benar ada orang sebaik Ara? Yang baiknya tak punya maksud apapun didalamnya? Seakan memang benar tidak ada udang yang berada dibalik batu?
Chika sungguh tak habis pikir.
Kira-kira rencana apa yang sedang dibuat oleh Tuhan sampai perlu mempertemukan Chika dengan manusia selayaknya Ara?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Zahra
FanfictionLight is easy to love. Show me your darkness. Sebuah perjalanan yang menemukan dua manusia dengan isi kepala yang berbeda, akan tetapi lewat pertemuan itu rupanya dapat mengubah banyak hal dalam hidup mereka. " Can we always be this close, forever...