GAL - 12

53 17 3
                                    

Spam komentar, yuk!
Aku seneng banget bacain komentar kalian :)

Jangan lupa vote juga ya.
Terimakasih.

*****


Keesokan harinya, Dana bersama Sam tiba diluar gedung Balai kota dan menemukan Leeteuk sedang sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para pengunjuk rasa yang berkerumun dengan amarah.

"Kayaknya paman lo lagi gak bisa ditemuin hari ini." Ujar Sam membuka suaranya saat pria itu baru saja memarkirkan kendaraannya.

"Bisa. Justru keramaian kayak gini adalah salah satu cara buat mempermalukan dia." Jawab Dana dengan tatapan kilat dimatanya.

"Lo yakin? Dia paman lo sendiri."

Dana menoleh ke arah Sam yang berada di kursi kemudi dengan ekspresi datar, "Seinget gue, justru lo yang kemarin bilang mau bunuh paman gue. Kenapa sekarang lo seolah nahan gue?"

"Bukan begitu, maksud gue---"

"Paman gue udah keterlaluan sama gue. Gue harus keluarin semua unek-unek gue sekarang." Sanggah Dana cepat, lalu bergegas keluar dari mobil.

Semua orang tampak ingin memprotes Leeteuk hari ini akibat pembongkaran ilegal yang dilakukan oleh beberapa buldoser beberapa hari yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang tampak ingin memprotes Leeteuk hari ini akibat pembongkaran ilegal yang dilakukan oleh beberapa buldoser beberapa hari yang lalu. Melihat itu, Dana harus mendapat perhatian pamannya agar suaranya dapat didengar.

Dana berlari ke arah salah satu buldoser dan mengambil megafon, alih-alih langsung memilih untuk mendesak melewati semua orang. Dana menyalakan megafon itu dan mendekati kerumunan untuk bergabung lebih dekat.

"Hei, anda! Saudara Leeteuk, sang walikota!" Suara Dana menggema di halaman depan gedung.

Semua orang sontak menolehkan kepalanya ke arah Dana dengan tatapan penuh tanya, sedangkan Sam hanya diam untuk menyaksikan sembari ikut mendekat dengan langkah kecil.

Leeteuk menyentakkan kepalanya melihat Dana. Ia terkejut akan ulah keponakannya. Saat para pengunjuk rasa terdiam, Dana berjalan ke arah Leeteuk untuk lebih dekat lagi dengan membelah kerumunan.

Leeteuk menggeleng-gelengkan kepalanya, "Benar-benar kamu, Dana. Apalagi sekarang?"

Dana mematikan tombol power pada megafon yang ia pegang, lalu memaksakan senyum manisnya, "Paman punya banyak banget foto Felix di ruang kerja rahasia paman. Kenapa gak ada sama sekali fotoku?"

Leeteuk menaikkan satu alisnya tajam, "Kamu, masuk ke ruang kerja dirumah? Siapa yang suruh kamu masuk kesana?! Seenaknya kamu ya dirumah paman kamu sendiri!" Bentak Leeteuk.

Dana berdecih, "Tunggu, barusan paman bilang apa? Rumah paman?"

Dana mengangkat sebuah berkas berisi surat wasiat asli di udara, dan beberapa detik kemudian, kedua netra tajam Leeteuk melebar sejenak dengan refleks.

Greed And Love || Hwang Hyunjin (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang