Ohayou mina-san!! Mimin yang Tamvan nan rupawan back again.
Mana suaranya buat kedua cogan kita!!! Rey dan Drian.
Gimana kabarnya guys? I hope you are doing well.
Congratulations, buat yang lolos seleksi PTN dan PTS, yang masuk SMP atau SMA favorit, semangat terus jangan kasih kendor.
And happy graduations buat kalian yang baru aja lulus, langkah kalian baru dimulai pada kehidupan yang lebih tinggi lagi.
Yok langsung aja!!
–Ketika kamu masih bernapas artinya kamu masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia, meski rasanya hari-hari terlewati seperti biasanya–
Hujan malam itu ternyata masih setia mengguyur permukaan tanah, meski hanya menyisakan rintik ringan, namun cukup untuk menurunkan suhu cuaca.
Setelah mengantar Bella pulang dengan selamat–meski agak basah–Rey memacu motornya pulang ke rumah. Tubuhnya sudah sangat lelah, belum lagi angin malam yang menggigit menyusup melalui jaketnya, sehingga membuat rasa sesak perlahan menguasai rongga dadanya.
Setibanya di rumah, Rey meluruhkan semua barangnya–helm, jaket, dan sebuah paper bag yang berisi benda yang dia beli sebelumnya–kemudian mengacak laci untuk mengambil inhaler. Rey mengocok obatnya lalu dihirupnya dalam-dalam sambil mengatur napas, meski begitu, dia beberapa kali sempat terbatuk hebat dan tidak memerhatikan bahwa ada seseorang yang tengah menatapnya dari atas kasur miliknya.
"Astagfirullah hal adzim!" Pekik Rey sembari memegangi dadanya.
"Ganti baju lo!" Drian yang tidak jadi pulang karena Selina tidak menemukan payung dan memintanya menginap, pun segera turun dari ranjang menuju lemari Rey untuk mengambil baju ganti.
Sementara itu, Rey yang masih belum bisa meredakan rasa sesaknya, merangkak ke sudut lain untuk mencari nebulizernya. Dengan tangan gemetar, Rey memasukkan obat ke dalam nebulizer dan segera memakainya. Setelah obatnya bekerja, sesak yang Rey rasakan pun mulai mereda. "Tumbenan?" Rey bertanya dengan suara parau. "Ada apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
L : Live, Love and Leave (bukan BL)✔️
Roman pour Adolescents"Ulah lo kan?!", hardik Hadrian. Hanya satu orang yang bisa membuat hari-hari Drian yang sepi dan tenang menjadi heboh nan menakjubkan. Dia lah Reynanda, tetangga sekaligus teman sejak mereka main pelosotan di TK. Kelakuan Rey yang tak mengenal akal...