Lampiran 29

385 47 22
                                    

Akhirnya setelah sekian purnama, duo semongko kembali hadir di akhir tahun pula.

Tanpa berbasa-basi sok ae!

–Ketika sebuah bintang terang meledak dan menjadi lubang hitam, menyeret serta menelan semua yang berada di sekitarnya ke dalam kegelapan, masihkah ada yang tersisa di sana, kecuali ruang hampa? Masih adakah secercah cahaya harapan?–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

–Ketika sebuah bintang terang meledak dan menjadi lubang hitam, menyeret serta menelan semua yang berada di sekitarnya ke dalam kegelapan, masihkah ada yang tersisa di sana, kecuali ruang hampa? Masih adakah secercah cahaya harapan?–

–Ketika sebuah bintang terang meledak dan menjadi lubang hitam, menyeret serta menelan semua yang berada di sekitarnya ke dalam kegelapan, masihkah ada yang tersisa di sana, kecuali ruang hampa? Masih adakah secercah cahaya harapan?–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Satu hari yang lain kembali berlalu, ketika Rey membuka matanya, dia masih berada di bangsal yang sama dengan selang infus dan nasal kanula. Beberapa saat, dia sempat mengedarkan pandangan di sekelilingnya dan tidak mendapati ada yang berbeda, seolah sang iblis tidak pernah mengamuk, seakan badai keputusasaan yang merusak segalanya langsung berlalu tanpa meninggalkan jejak apapun. Semuanya tampak putih, bersih, dan normal, meskipun sebenarnya menyimpan hampa tanpa rasa.

"Rey?"

Mendengar namanya dipanggil,  Rey pun menoleh dan agak terkejut mendapati Adira duduk di samping ranjangnya. "Eh, Ra? Udah lama? S-sori, gue–"

Adira menggeleng, "Udah nggak apa-apa, gue tahu kok."

Rey bergumam dan merasa agak canggung, tidak seperti dirinya yang biasanya. "Eh, em, thanks udah jenguk ya?"

"Lo mau usir gue, bilang kayak gitu?"

"B-bukan, bukan, maksud gue," balas Rey kemudian membetulkan posisi tubuhnya. "Gue nggak ngira aja dijenguk sama lo."

Adira mengulas senyum di bibir tipisnya, "Tadi, gue dimintai tolong sama nyokap lo, suruh nemenin lo sebentar. Katanya, dia mau ketemu bokap lo dulu."

Rey kembali bergumam dan mengalihkan pandangannya dari Adira.

"Kemarin," kata Adira hati-hati. "Lo inget?"

Rey mengernyit, "Inget apaan?"

Di balik selimut, Rey meremas tinjunya, namun dia menyamarkan ingatan akan amukan sang iblis di dalam dirinya dan memperlihatkan wajah bingung. Tentunya, dia tidak ingin Adira menyaksikan sisi paling rapuh dirinya, begitupun dengan orang-orang lain. Karenanya, dia hanya ingin menyimpan satu memori itu di ruang hampanya sendiri.

L : Live, Love and Leave (bukan BL)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang