Akhirnya setelah sekian purnama, duo semongko kembali hadir di akhir tahun pula.
Tanpa berbasa-basi sok ae!
–Ketika sebuah bintang terang meledak dan menjadi lubang hitam, menyeret serta menelan semua yang berada di sekitarnya ke dalam kegelapan, masihkah ada yang tersisa di sana, kecuali ruang hampa? Masih adakah secercah cahaya harapan?–
.
.Satu hari yang lain kembali berlalu, ketika Rey membuka matanya, dia masih berada di bangsal yang sama dengan selang infus dan nasal kanula. Beberapa saat, dia sempat mengedarkan pandangan di sekelilingnya dan tidak mendapati ada yang berbeda, seolah sang iblis tidak pernah mengamuk, seakan badai keputusasaan yang merusak segalanya langsung berlalu tanpa meninggalkan jejak apapun. Semuanya tampak putih, bersih, dan normal, meskipun sebenarnya menyimpan hampa tanpa rasa.
"Rey?"
Mendengar namanya dipanggil, Rey pun menoleh dan agak terkejut mendapati Adira duduk di samping ranjangnya. "Eh, Ra? Udah lama? S-sori, gue–"
Adira menggeleng, "Udah nggak apa-apa, gue tahu kok."
Rey bergumam dan merasa agak canggung, tidak seperti dirinya yang biasanya. "Eh, em, thanks udah jenguk ya?"
"Lo mau usir gue, bilang kayak gitu?"
"B-bukan, bukan, maksud gue," balas Rey kemudian membetulkan posisi tubuhnya. "Gue nggak ngira aja dijenguk sama lo."
Adira mengulas senyum di bibir tipisnya, "Tadi, gue dimintai tolong sama nyokap lo, suruh nemenin lo sebentar. Katanya, dia mau ketemu bokap lo dulu."
Rey kembali bergumam dan mengalihkan pandangannya dari Adira.
"Kemarin," kata Adira hati-hati. "Lo inget?"
Rey mengernyit, "Inget apaan?"
Di balik selimut, Rey meremas tinjunya, namun dia menyamarkan ingatan akan amukan sang iblis di dalam dirinya dan memperlihatkan wajah bingung. Tentunya, dia tidak ingin Adira menyaksikan sisi paling rapuh dirinya, begitupun dengan orang-orang lain. Karenanya, dia hanya ingin menyimpan satu memori itu di ruang hampanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
L : Live, Love and Leave (bukan BL)✔️
Novela Juvenil"Ulah lo kan?!", hardik Hadrian. Hanya satu orang yang bisa membuat hari-hari Drian yang sepi dan tenang menjadi heboh nan menakjubkan. Dia lah Reynanda, tetangga sekaligus teman sejak mereka main pelosotan di TK. Kelakuan Rey yang tak mengenal akal...