Lampiran 32

417 55 68
                                    

Selamaaattt pagi!!

Ciee nungguin ya? Nungguin mimin apa dua bujank gantengnya mimin?

Ya udah lah ya, biar Minggu kalian cerah ceria yuk langsung aja!

–Dedaunan yang gugur, ranting-ranting yang mengering dan rapuh, hari demi hari yang berlalu, menimbun jutaan memori yang berharap akan melampaui waktu–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

–Dedaunan yang gugur, ranting-ranting yang mengering dan rapuh, hari demi hari yang berlalu, menimbun jutaan memori yang berharap akan melampaui waktu–

Di ruang kecil yang dilatar belakangi deru halus dari mesin Panamera, Drian dan Rey tampak sibuk oleh pikiran masing-masing sehingga setengah perjalanan mereka menuju sekolah berlalu tanpa ada yang bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di ruang kecil yang dilatar belakangi deru halus dari mesin Panamera, Drian dan Rey tampak sibuk oleh pikiran masing-masing sehingga setengah perjalanan mereka menuju sekolah berlalu tanpa ada yang bicara.

"Gimana bisa?" Drian yang pertama mengeluarkan suara.

"Gimana apanya maksud lo?"

"Adira."

"Yah," Rey mengangkat bahunya. "Gitu. Om Dewa punya anak, terus dia nikah sama bunda, dan otomatis, dia jadi anak bunda juga, kan?"

"Dia tinggal serumah sama lo?"

"Ya iya lah, Drie! Masa iya dia tinggal di kolong jembatan?"

"Bukan itu maksud gue," Drian menghela napas pendek. Selama ini, Drian melihat Rey menggoda Adira, seolah menyimpan rasa suka dan selalu berusaha menarik perhatian Adira.

"Hmm~" gumam Rey yang akhirnya paham apa yang mungkin dimaksud Drian.

"Lo oke?"

"Santai lah," Rey menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil Drian yang nyaman. "Lagian, gue juga nggak mungkin sama dia." Hening sejenak, Rey pun menambahkan, "Kayaknya, gue nggak pantes buat siapapun di dunia. Bego banget mereka yang dikibulin sama drama, novel atau apapun yang tokohnya jatuh cinta sama orang yang penyakitan. Apalagi, kalau akhirnya ditinggalkan."

"Rey,"

"Sori, lo bukan termasuk dari para tokoh itu kok, Drie. Gue cuma nyerocos nggak penting."

Drian tidak berkata dan kesunyian kembali menyelimuti mereka sampai Drian menyalakan lampu sein untuk menyeberang ke sekolah.

L : Live, Love and Leave (bukan BL)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang