Prolog

2.9K 153 4
                                    

Bastian masih berlari dengan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit. Awalnya ia bertujuan ingin menjemput sang adik di sekolah. Tapi belum sempat ia memacu mobil, ponselnya berdering karena panggilan dari sahabatnya. Angga menghubungi kalau adiknya mengikuti tauran di depan sekolah dan mengalami beberapa luka di tubuhnya. Hampir saja jantungnya mencelos keluar saking kagetnya. Bastian tahun jika adik bungsunya itu pandai berkelahi, tapi ia tidak pernah tahu jika Sendy akan memiliki minat pada sebuah tauran.

"Tian!!!" teriak Angga di ujung koridor rumah sakit.

"Gimana adik gue?" tanyanya terdengar sangat khawatir.

"Nggak masalah sih, cuma lecet-lecet dan memar sedikit," jawab Angga sebeluk duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat Sendy.

"Gimana bisa? Tuh bocah ya tingkahnya aduh bikin sakit kepala," desis Bastian memijat keningnya yang terasa pening.

"Gue ngga tahu pasti, cuma tadi Fifi ngabarin kalau Sendy kena tonjok pas tawuran," jawab Angga sembari bergidik ngeri membayangkan Sendy terkena pukulan, apalagi tadi ia memang melihat wajah gadis itu sedikit memar.

"Gila!!! Berani bener nonjok adik gue, bencong tuh pasti!" ucap Bastian setengah berteriak karena kesal mengetahui adiknya dipukul.

"Kak, dicari Sendy," ucap gadis cantik berwajah khas Indonesia yang baru saja keluar dari ruang rawat Sendy.

"Sendy? Nyari Angga?" tanya Bastian pada Fifi yang menjawabnya dengan anggukan.

"Gila!!! Dia nggak nyari gue?" tanya Bastian lagi sembari mwnunjuk diri sendiri dan sekali lagi hanya dijawab dengan anggukan pelan.

"Gue nggak terima, ngapain adik gue nyariin lo?" ucao Bastian sembari menunjuk-nunjuk Angga yang hanya menggedikkan bahu.

"Nggak bener ini," desis Bastian sembari berdiri dari duduknya.

Namun baru saja ia sampai di depan pintu ruang rawat Sendy, ia langsung berbalik menatap Angga dan Fifi bergantian. Dan setelahnya ia mengucapkan kaliamat yang berhasil membuat Angga dan Fifi terngaga tidak percaya."Fi, makasih ya sudah ngurusin Amey. Nanti lo bisa kan urusin gue? Hidup gue? Dan anak-anak kita tentunya," kekeh Bastian sembari menaik-turunkan alisnya dan berhasil membuat pipi gadis itu merona merah.

"Gila!!! Udah masuk sono, sebelum gue yang masuk dan cium Sendy," ucap Angga dengan senyum jenakanya yang berhasil membuat Bastian memutar bola mata malas.

"Awas kalau lo berani deketin adik gue!!! Oh ya, Fi tolong pikirkan tawaranku tadi. Simbiosis mutualisme," kekehnya lagi sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu ruang rawat Sendy.

Sedangkan saat ini Fifi yang tengah duduk di dekat Angga susah payah menahan senyumnya. Namun sekeras apapun ia berusaha, wajahnya tidak bisa menyembunyikan semburat merah di pipi. Dan parahnya Angga melihat dan berakhir dengan wajah mengejek.

"Terima saja, Tian baik kok," ucap Angga sebelum berdiri dan meninggalkan Fifi sendirian duduk di depan ruang rawat sahabatnya.

SAH!!! (Sampai Akhirnya Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang