Bab 5

1K 65 0
                                    

Langit Ibu Kota sepertinya sangat bersahabat dengan suasana hati Fifi saat ini. Bahkan matahari yang sejak tadi begitu terik menyengat kulit pun rasanya enggan untuk menampakkan sinarnya. Warna birunya telah menjadi abu-abu, sekeruh hati Fifi saat ini. Bahkan Bastian yang biasanya melontarkan rayuan sarat akan modus pun memilih diam. Ia lebih memilih fokus mengendarai mobilnya membelah padatnya jalanan Ibu Kota.

"Sudah dong Fi nangisnya," tegur Bastian berusaha menenangkan Fifi yang masih menangis.

"Ya Koko bisa ngomong begitu karena nggak tahu rasanya dikhianatin cowok," isak Fifi terdengar memilukan di telinga Bastian.

"Ya jelas lah Koko nggak tahu rasanya. Kamu pikir Koko pencinta batang apa? Kalau ngomong suka asal deh kamu ini," ucap Bastian dengan wajah datarnya dan berhasil membuat Fifi memalingkan wajah ke arahnya.

"Kobas!!!"

Bastian terkejut mendengar teriakan Fifi yang cukup memekakkan telinga. Ia pikir hanya Sendy atau Sasa saja yang bisa berteriak. Ternyata gadis manis di sampingnya ini juga bisa, walau masih kalah dengan Double S itu. "Buset!!! Pecah kuping gue," keluh Bastian sembari mengusap telinganya yang memerah karena teriakan Fifi.

"Gue serius, Ko," isak Fifi lagi dan hanya direspon dengan Anggukan oleh Bastian.

"Bayangin saja gimana rasa sakitnya lihat pacar sendiri lagi begituan sama cewek lain."

"Gue nggak perlu ngebayangin, secara tadi sudah lihat," celetuk Bastian dengan cueknya.

"Ko..."

"Apa, Sayang?"

"Kobas ini becanda terus, Fifi serius," keluh Fifi mengerucutkan bibirnya dengan lucu.

Cup...

Bastian mengecup pipi merah Fifi yang menggembung ketika mobilnya berhenti di lampu merah. Jujur saja ia sudah tidak bisa lebih lama lagi menahan rasa gemasnya pada Fifi. Apalagi pipi gadis itu menggembung sempurna seperti mantau.

"Kobas!!!" teriak Fifi ketika sadar dari keterpakuannya.

"Lambat banget responnya," kekeh Bastian kembali memacu mobilnya.

"Kenapa dicium?" cicit Fifi yang malu karena mendapat kecupan di pipi dari laki-laki yang sudah ia sukai sejak dulu.

Fifi dan Sendy sudah bersahabat sejak kelar 5 SD, dan sejak itu jugalah rasa suka Fifi pada Bastian tumbuh. Namun jejak Bastian sebagai seorang playboy sangat melekat di hati dan pikirannya. Jangan dipikir ia tahan dengan semua rayuan kaya akan modus itu membuatnya tidak bereaksi apa-apa. Hatinya selalu saja bergemuruh, seperti ada ribuan kembang api yang dinyalakan dalam hatinya. Dan sekarang pipinya mendapst kecupan dari Bastian, membuat kupu-kupu di perutnya berterbangan dengan riang. Senyumnya merekah, walau susah payah ia tahan.

"Kalau mau senyum jangan ditahan, nanti jadi keriput," kekeh Bastian yang dihadiahi cubitan di pinggan oleh Fifi.

"Sakit, Sayang. Sudah aah cubit-cubitannya, kayak lagu dangdut," Bastian berusaha menghindari cubitan Fifi.

"Jangan panggil begitu, hubungan kita nggak sespecial itu," protes Fifi berusaha menutupi rasa senangnya dalam hati.

"Kalau begitu buat hubungan kita special," jawab Bastian enteng sembari membelokkan mobilnya menuju salah satu pantai tempat kesukaannya dan Sendy.

"In your dream!" jawab Fifi cepat.

"You're with me. We'll be everything I want us to be..."

Fifi terkekeh mendengar nyanyian Bastian, lelaki di sampingnya ini selalu bisa menghiburnya. Dan sekarang lelaki berwajah oriental dengan senyum manisnya itu kembalo berhasil menghiburnya. Hatinya masih merasakan nyeri melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh Rico. Pacarnya itu bukan hanya berciuman dengan perempuan tadi, tapi mereka melakukan hal yang lebih jauh lagi. Sangat menjijikkan untuknya, ia menyesal telah melihat adegan live show Rico dengan perempuan tadi.

SAH!!! (Sampai Akhirnya Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang