Bab 15

889 51 0
                                    

Semuanya terasa berbeda ketika sudah hampir 2 tahun tidak saling bertemu, apalagi dengan keadaan mereka yang seakrang seperti ini. Bastian sebagai seorang dosen, dan Fifi sebagai mahasiswi di Fakultas Teknik Sipil. Hari pertama kehadiran Bastian di kampus pun berhasil menjadi pembicaraan banyak mahasiswi di kantin. Tempat di mana Fifi sedang makan semangkuk bakso ditemani Fandy dan Gabriella, yang kebetulan adalah sahabatnya selama kuliah di sini.

"Seriusan itu dosen gebetannya Ci Leona?" tanya Gabriella yang entah pada siapa, karena tatapan gadis itu fokus pada sosok tinggi yang tengah ikut mengantre di depan stand bakso kantin kampus.

"Lo bisa diam, nggak, Gab? Kepo banget," tegur Fandy yang menyedot habis es tehnya hingga terdengar bunyi yang mengganggu pendengaran.

"Kenapa nggak lo sedot sekalian itu es batu sih, Pen?" tanya Fifi yang memilih untuk fokus pada mangkuk bakso dengan kuah pedas di atas mejanya.

Gabriella bergerak dengan gelisah, ia berulang kali memukul-mukul meja tempat mereka makan. Hal itu tentu saja membuat Fifi yang masih sibuk menghabiskan baksonya kesal, ia mengangkat kepala dan mendapati sosok rupawan itu di depanya. Bastian berdiri dengan membawa semangkuk bakso di tangan kanan, dan tangan kirinya memegang gelas berisi es jeruk. Lelaki itu semakin terlihat tampan, melebihi bagaimana penampilannya setahun lebih lalu. Telah banyak yang berubah, dan Fifi nyaris tak mengenali lelakinya pagi ini.

"Boleh saya duduk di sini?" tanya Bastian yang langsung diangguki ole Gabriella dengan antusias.

"Boleh banget, Pak. Di hadapan saya lebih bagus lagi," ucap gadis itu tidak menutupi sedikit pun rasa minatnya pada Bastian.

Lelaki itu hanya tersneyum tipis dan kembali fokus menatap kekasihnya yang sepertinya cuek akan kehadirannya. "Kamu sesetress itu, ya, nggak aku hubungin beberapa minggu? Kenapa rambut diwarnain begitu?" tanya Bastian yang mulutnya sudah gatal sejak di dalam kelas tadi, karena warna rambut Fifi begitu mencolok.

"Loh, Bapak kenal Fifi?" tanya Gabriella dan Fandy bersamaan.

"Ko," desis Fifi dengan tatapn tajam yang membuat Bastian berjuang keras untuk menahan diri agar tidak mencubit gemas pipi Fifi.

"Loh, Fi. Kok kamu manggilnya gitu? Sodara kamu?" pertanyaan bodoh mulai keluar dari mulut Fandy yang menolak dalam hati kalau Fifi kemungkinan besar adalah kekasih dari dosen baru mereka ini.

"Saya tunangannya Fianne," jawab Bastian cepat yang semakin dihadiahi delikan tajam oleh Fifi yang enggan menjadi bulan-bulanan mahasiswi penggemar berat kekasihnya.

Apalagi sosok gadis borjuis yang baru saja memasuki kantin, dengan rambut berwarna cokelat bergelombang ia berjalan cepat ke arah Bastian. Sangat terlihat jelas jika ada tatapan tidak suka yang ditujukkan pada Fifi dan Gabriella. "Kelihatannya gebetan Koko mau nyamperin," sinis Fifi kembali sibuk menyantap bakso dengan sekali suapan.

"Gebetan aku? Gimana maksudnya?" tanya Bastian tidak paham.

"Itu, Pak. Kita dengarnya kalau dosen baru itu gebetannya Ci Leona," Gabriella membantu Fifi untuk menjawab, karena ia sadar akan perubahan sikap temannya ini.

"Leona siapa?" tanya Bastian sungguh tidak ingat jika ada mahasiswi di kampus ini bernama Leona.

"Pak Bastian, akhirnya balik lagi ke kampus ini. Saya setia loh nungguin Bapak balik lagi," ucap gadis yang menghampirinya dengan penuh rasa percaya diri.

"Kamu mahasiswi saya?" tanya Bastian dengan wajah heran yang membuat semua orang di kantin berusaha untuk menahan tawa mereka agar tidak pecah.

Karena semua orang tahu siapa Leona, dia adalah putri dari salah satu donatur tetap kampus ini. Tapi bagi Bastian gadis itu bukanlah siapa-siapa, karena dia pernah menganggap gadis lain ada sejak Fifi mengambil alih hati dan pikirannya. "Kok Bapak gitu, saya yang dulu sering bawain tugas teman-teman ke kantor Bapak," ucap gadis itu dengan nada manja yang semakin membuat Fifi muak.

SAH!!! (Sampai Akhirnya Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang