Bab 14

737 48 0
                                    

Hari demi hari telah dilewati oleh Bastian dan Fifi, sekarang sudah lebih dua tahun keduanya menjalani hubungan jarak jauh. Dan telah tiba waktunya Bastian untuk kembali ke Indonesia, ke sisi gadisnya yang telah menunggu dengan setia. Lelaki bertubuh tinggi menjulang itu berjalan dengan langkah pasti keluar dari pesawat yang membawanya kembali ke tanah air. Wajah menawannya berhasil mencuri perhatian penumpang lain. Kali ini dia tidak menerbitkan senyum hangat khasnya, ia memilih untuk menjadi pribadi yang lebih diam.

"Kata Mami gue keren kalau diem, okay! Kalau gitu sekarang gue rubah image, yang penting si micin nggak tiba-tiba nongol aja depan muka gue," ucap Bastian pada dirinya sendiri dengan sangat pelan.

Baru aja ia berucap seperti itu dan seakrang ia menyesal telah mengatakannya karena ia melihat sosok yang bisa membuat kekerenannya ini hilang. Di depan pintu kedatangan internasional ia seorang wanita hamil tengah melambaikan tangan heboh ke arahnya. Ia juga bisa melihat sang adik dan sahabat yang kini menjadi iparnya itu berada.

"Tian!!! Yeay!!! Tian makin keren aja lo," sorak Sasa semabari memberikan sebuket bunga segar ke tangan Bastian yang sudah kehabisan kata-kata mendapati kehebohan menantu konglongmerat ibu kota ini.

"Gue piki lo nggak beneran hamil, Sa," ucap Bastian melirik perut besar sahabatnya.

"Beneran hamil lah gue, kan Mas Seto sudah tua. Jadi kejar setoran biar dapat banyak anak," jawanya asal seperti biasanya yang hanya bisa membuat Bastian dan Angga menggeleng, sedangkan Sendy hanya cekikikan mendengar jawaban spontas dari sahabat sang kakak.

"Koko nggak ngasih tahu Fifi kalau pulang hari ini?" tanya wanita yang berpakaian begitu manis dengan gaun berwarna peach selutut.

"Besok gue langsung ngisi kelas di kampus, sengaja mau kasih surprise dia entar. Karena dapat jadwal ngisi kelas dia sih," jawab Bastian merankul adik kecilnya yang ternyata sudah menjadi seorang istri dan ibu.

"Ini gue banget yang harus bawa koper-koper lo?" protes Angga karena Bastian menyerahkan koper-kopernya pada sang ipar.

"Sekali-kali, Nggak. Gue bantu doa, ya," ucap Sasa cekikikan melihat kesusahan yang dirasakan oleh Angga.

Padahal di dekat area parkir di mana mereka memarkirkan mobil sang sopir sudah siap untuk membawa barang-barang Bastian. Hanya saja lelaki berwajah oriental itu sengaja ingin membuat Angga kesal, dan ia ingin memeluk adiknya lebih lama. "Meta kok nggak diajak?" tanya Bastian mencari keberadaan keponakannya yang saat ini sedang lucu-lucunya.

"Meta dibawa Mami ke arisan, biasa mau dipamerin," jawab Sendy jujur, karena jika sang ibu sedang arisan, pasti Meta akan dibawa untuk dipamerkan seperti piala bergilir.

"Buset dah Mami, bisa gue bayangkan itu Meta pasti kesel banget dicium-cium Oma-oma yang ada di sana," ucap Bastian membayangkan sifat keponakannya yang terlihat seperti memiliki sifat adiknya semasa kecil.

"Dia pulang-pulang pasti ngeluh habis dipegang-pegang, tapi Mami tuh selalu bawa Meta. Sudah tahu cucunya nggak suka," kesal Sendy dengan memberengut sebal dan menggemaskan bagi sang kakak yang sekarang mencubit pipinya gemas.

Mereka memasuki mobil milik keluarga Suyatama, sedangkan Sasa memasuki mobil milik suaminya yang mana sekarang ia benar-benar seperti menantu konglongmerat. "Gila, ya, Sasa. Beneran jadi menantu konglongmerat Kusumo," ucap Bastian heboh ketika melihat sahabatnya memasuki mobil setelah dibukakan pintu oleh sang sopir.

"Koko kan juga mau nikah sama anaknya pejabat malah," ucap Sendy yang hanya dijawab dengan cengiran oleh sang kakak.

Sepanjang perjalanan kedua kakak beradik itu sibuk dengan cerita tentang kehidupan Bastian selama melanjutkan pendidikannya. Tidak lupa Bastian menanyakan perihal kabar kekasihnya yang memang akhir-akhir ini jarang dihubunginya. Karena ia terlalu sibuk dengan yudisium da segala hal untuk proses kembali ke Indonesia.

SAH!!! (Sampai Akhirnya Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang